Bisnis.com, MALANG — Produksi sampah di Kota Malang menembus 500-600 ton/hari sehingga diperlukan kesadaran lingkungan yang kuat disertai dengan manifestasi yang nyata sehingga sampah tidak menjadi problem lingkungan yang membebani kota.
Wali Kota Malang Surtiaji mengatakan dengan produksi sampah yang mencapai sekitar 500 - 600 ton/hari saat ini, maka diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya populasi penduduk.
“Apalagi warga belum sepenuhnya teredukasi dan berkehendak untuk mengurai sampah mulai dari tingkat hunian rumah, kesadaran lingkungan tidak kuat terbangun dan termanifestasi dalam pola tindak, maka tidak menutup kemungkinan kota Malang akan 'ditenggelamkan' oleh tumpukan sampah,” katanya pada pembukaan Green Growth and Sustainbility Expo 2019 di Malang, Rabu (26/6/2019).
Dia juga menegaskan mengharmonisasikan antara pembangunan infrastruktur dengan pembangunan lingkungan menjadi sebuah keniscayaan sehingga diperlukan komitmen kuat dari perumus dan pengambil kebijakan beserta stakeholder yang ada.
Oleh karena itulah, perlu terus didorong adanya regulasi yang mampu memberikan jaminan dan perlindungan atas koservasi lingkungan serta mampu mereduksi efek industrialisasi yang dapat merusak lingkungan.
Ia juga menambahkan bahwa rangkaian kegiatan yang terselenggara kali ini merupakan upaya strategis penguatan aspek komunikasi dan jaringan bagi para pemangku kepentingan ekonomi nasional, sekaligus sebagai aksentuasi keterkaitan daya tarik investasi untuk pengembangan ekonomi, aktivitas industri dan perdagangan serta jasa-jasa hijau dalam skema public private partnership.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong daya saing produk nasional dengan tetap peduli terhadap lingkungan, sebagai ikhtiar dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi hijau yang berkelanjutan.
"Tentu jalinan kebersamaan yang terbangun pada hari ini, semoga mampu menjadi modal bagi kita untuk terus memantapkan komitmen dalam memajukan pembangunan di segala bidang kehidupan, utamanya di bidang lingkungan yang berkelanjutan," tandasnya.
Terkait dengan pengelolaan sampah, kata dia, merupakan problem besar yang ada didepan mata dan harus dicarikan solusi konkret.
Tantangan terbesar dari pembangunan, baik itu skala nasional maupun di tingkat lokal atau daerah adalah berkaitan dengan isu-isu lingkungan. Meningkatnya kebutuhan hunian sebagai dampak ikutan dari pertumbuhan populasi menyebabkan ruang terbuka menjadi semakin sedikit dan terus berkurang.
Situasi tersebut dipertajam pula oleh kebutuhan linier yang mengikuti yakni sarana dan prasarana penopang di bidang ekonomi, yang ditandai oleh wilayah atau cluster pertumbuhan ekonomi baru yang meliputi industrialisasi, munculnya ritel-ritel baru, pusat-pusat perkantoran dan sarana-sarana publik lainnya.
Kondisi tersebut menyebabkan pemanasan global, karena emisi gas rumah kaca serta lahan serapan yang makin berkurang dan hijaunya sebuah daerah berubah menjadi tembok-tembok raksasa.
"Inilah tantangan yang harus dipecahkan dan dicarikan solusinya melalui konsep pembangunan hijau, konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan konsep pembangunan yang berkelanjutan," ujar Sutiaji.
Staf Ahli Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Laksmi Dewanti mengatakan acara penting ini berlatar belakang perlunya perluasan informasi dan edukasi untuk konsep “Pertumbuhan Hijau dan Berkelanjutan” dengan mempromosikan produk industri dan jasa berbasis pembangunan ekonomi hijau.
"Diharapkan melalui acara ini, percepatan penyebaran informasi terkait pertumbuhan hijau dan keberlanjutan akan terjadi di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan global perubahan iklim dan kompetisi pertumbuhan ekonomi antar negara," ujarnya.
Dia juga menyatakan tantangan saat ini adalah mensinergikan pembangunan lingkungan, pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial budaya. (k24)