Bisnis.com, SURABAYA – Industri komponen otomotif tahun ini diperkirakan masih stagnan sejalan dengan proyeksi penjualan kendaraan oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Bob Budiono, Direktur PT Indospring Tbk, selaku produsen komponen otomotif mengatakan penjualan perseroan tahun ini pun diproyeksi sama seperti capaian tahun lalu mengingat kondisi ekonomi global dan nasional masih belum membaik dan pasar juga belum bergairah.
“Industri otomotif diperkirakan stagnan tahun ini karena salah satunya dipengaruhi harga komoditas seperti sawit, karet dan batu bara. Untuk itu proyeksi penjualan kami tahun ini hanya Rp2,4 triliun sama seperti tahun lalu,” ujarnya saat paparan publik, Rabu (19/6/2019).
Dia mengatakan bahkan proyeksi laba perseroan tahun ini akan turun, di antaranya laba bruto diproyeksi Rp360 miliar atau turun 0,8% dibandingkan 2018, laba usaha Rp138 miliar turun 6,6%, dan laba bersih Rp103 miliar turun 7,1%.
“Hingga kuartal I/2019 ini, kita sudah mencatatkan penjualan Rp573 miliar sama seperti kuartal I/2018, tapi laba bersihnya turun 19,3% dari Rp28 miliar menjadi Rp22 miliar,” imbuh Bob.
Meski begitu, lanjutnya, pada 2018 perseroan mampu mencatatkan kinerja yang cukup baik. Penjualan 2018 tercatat mencapai Rp2,4 triliun atau meningkat 22% dibandingkan 2017 atau mengalami pertumbuhan rerata 21% dalam 3 tahun terakhir. Sedangkan laba kotor Rp363 miliar atau 1,8% di atas budget tapi sedikit menurun jika dibandingkan 2017.
“Penurunan laba ini karena pengaruh nilai tukar dolar AS yang fluktuatif sehingga memberi tekanan pada harga bahan baku dan biaya pabrikasi lainnya,” imbuhnya.
Direktur Utama Indospring, Ikawati Nurhadi menambahkan untuk mengejar tahun ini, perseroan berencana mencari pasar baru terutama ke Amerika Serikat dan mencoba menjajaki pasar di Afrika.
“Selama ini pasar domestik sudah bagus sampai kami belum sempat mencari market baru di luar negeri. Nah karena pertumbuhan ekonomi yang stagnan kita harus mencari pasar baru di luar, tapi kita akan tetap mengutamakan pasar domestik,” jelasnya.
Ikawati menambahkan, meski diperkirakan stagnan, perseroan tahun ini tetap menyiapkan belanja modal Rp250 miliar untuk investasi mesin spring dan produk baru stabilizer. Diharapkan produksi produk baru tersebut bsia terealisasi pada tahun depan mengingat sudah mendapatkan sinyal baik dari pabrikan mobil.