Bisnis.com, MOJOKERTO - Provinsi Jawa Timur optimis pada akhir April tahun ini lahan hutan sosial seluas 42 ha yang ditanami bibit bawang putih oleh masyarakat desa hutan siap untuk dipanen.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jatim, Wahid Wahyudi mengatakan sebelumnya telah dilakukan kerja sama antara pemerintah, Perum Perhutani Jatim dan petani hutan untuk pengembangan hutan rakyat seluas 541 ha.
"Dari luasan kerja sama itu, realisasi yang sudah ditanam bawang putih ada 42 ha dan siap panen akhir April ini," katanya seusai pelepasan burung Jalak Putih di Hutan Raden Soerjo, Pacet, Mojokerto untuk menyambut Hari Bakti Rimbawan, Selasa (26/3/2019).
Dia mengatakan panen bawang putih tersebut bukan untuk konsumsi tetapi merupakan panen bibit bawang putih untuk dikembangkan lagi mengingat Jatim sendiri kekurangan bibit bawang putih.
"Selama ini komoditas bawang putih kita 95% masih impor dan hanya 5% yang bisa diproduksi karena kekurangan bibit juga," katanya.
Wahid mengatakan pemanfaatan hutan rakyat di Jatim tidak hanya untuk komoditas bawang putih tapi juga tanaman lainnya seperti tanaman obat, tebu, rumput gajah dan lainnya.
Baca Juga
"Kelompok tani hutan atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bisa mengajukan lahan Perhutani yang kosong setelah bekas ditebang 2-3 tahun, lalu bisa ditanami berbagai tanaman tapi juga dibarengi dengan menanam pohon yang ditebang sebelumnya sesuai habitatnya, misalnya pohon jati," katanya.
Wahid mengatakan pemanfaatan lahan hutan rakyat itu juga bekerja sama dengan Pusat Inkubasi Bisnis Syariah oleh Majelis Ulama Indonesia yang akan memfasilitasi antara investor yang memberi pembiayaan kepada petani.
"Dan itu sangat diminati karena mempermudah petani, dari investasi dibantu investor dan pemasaran dibeli investor maupun dijual sendiri di luar," katanya.
Wahid menambahkan, kebijakan perhutanan sosial dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup ini telah meningkatkan drajat ekonomi masyarakat desa hutan supaya bisa bekerja sama dengan Perhutani untuk mengelola hutan.
"Perekonomian masyarakat desa hutan bisa meningkat karena ada usaha seperti produk-produk dari hutan misalnya madu, benang sutera, kopi Gunung Welirang, dan banyak lagi yang punya nilai ekonomi tinggi," imbuhnya.