Bisnis.com, MALANG—Spot wisata tersembunyi yang patut dikunjungi ketika ke Malang salah satunya bukit Budug Asu. Terletak di lereng Gunung Arjuno, Kecamatan Singosari, lokasi tersebut menawarkan pemandangan menakjubkan empat penjuru mata angin.
Dari puncak bukit inilah keindahan kontur lereng Gunung Arjuna bisa kita lihat di sisi barat. Terlebih di suasana pagi, tampak jelas puncak Arjuna. Tepat di puncak bukit yang entah kenapa dinamakan budug asu ini bisa juga melihat Gunung Semeru.
Di sisi utara tampak lereng Gunung Arjuna (puncak lincing). Sisi selatan bisa terlihat Gunung Panderman, Batu. Di sisi timur, pengunjung bisa melihat hamparan kebun teh. Jauh pandangan ke timur, bakal disuguhi keindahan puncak Mahameru dengan jajaran pegunungan yang menjadi foreground puncak tertinggi di Jawa.
Suguhan view yang lengkap dan memesona.
Mudah Dijangkau
Tak butuh waktu lama menuju puncak Budug Asu. Apalagi bila ditempuh dengan roda dua (trail) atau roda empat (Jip). Hanya butuh waktu sekitar 1,5 jam dari jalan protokol Surabaya-Malang tepatnya di pertigaan Ardimulyo (Songsong) dengan jarak tempuh sekitar 5 Km.
Ada tiga opsi jalur yang bisa dilalui yakni jalur Wisata Agro Wonosari (Lawang), Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, dan jalur Stupa Sumberawan Singosari.
Bagi pengunjung yang membawa roda dua (selain trail), bisa menitipkan motor di parkiran Curah Lawang karena jalur ini sangat terjal dan menanjak. Apalagi musim hujan, jalanan licin dan berlumpur.
“Jalur di curah lawang memang sangat curam dengan kondisi jalan bebatuan dan licin bila musim hujan. Kalau sepeda motor biasa dikhawatirkan terjatuh. Tapi ada juga beberapa pengunjung yang nekat, namun motor yang digunakan jenis motor manual,” ujar Djari, penjaga pos parkir di curah lawang.
Tak sedikit pengunjung yang memilih jalan kaki menuju puncak dengan jarak tempuh 3 km dari pos parkir. Jalan bebatuan akan jadi menu utama selama melakukan perjalanan. Setelah mendekati bukit, baru disuguhi jalanan dengan dominasi tanah.
Selama perjalanan itulah kita bisa melihat jajaran hutan pinus yang rindang dan perkebunan kopi dengan ditemani suara kicauan burung.
Tanjakan Demit
Ada pos parkir atau pos pintu masuk bagi pengunjung di kaki bukit. Setelah itu pengunjung bisa memilih jalur normal dan jalur pintas. Untuk jalur normal, butuh sekitar 1 km lagi menuju puncak. Jalur pintas (fox hill) hanya butuh 500 m saja.
Namun, untuk bisa melalui jalur pintas ini butuh tenaga dan adrenalin tinggi. Pasalnya sekitar 50 meter jalur ini tingkat kemiringannya hampir 80 derajat. Jalur dengan tingkat kemiringan yang tajam itu disebut tanjakan demit. Tapi tidak perlu khawatir sudah terpasang tali bagi para pendaki yang melalui jalur ini. Jadi bisa dilintasi saat naik atau turun dari puncak Budug Asu.
Heri Santoso warga Singosari yang melakukan pendakian dengan putranya mengatakan bahwa saat sudah sampai di puncak, rasa lelah hilang, terbayar lunas dengan view Gunung Arjuna yang menakjubkan.
Karyawan salah satu perusahaan Sekuritas di Malang ini memilih naik lewat jalur normal atau yang bisa dilalui jip dan sepeda. Baru untuk jalur turun melawati Fox Hill yang di tengahnya terdapat tanjakan demit.
“Pendakian ini akan saya jadikan agenda rutin tiap bulan atau tiap tiga bulan sekali. Sekaligus melatih anak saya yang duduk di bangku kelas 5 SD ini agar lebih mencintai alam,” ujarnya saat ditemui di jalur Penanjakan Demit.
Keindahan wisata alam Budug Asu memang tak kalah dengan wisata alam lainnya yang ada di Malang raya. Wisata alam ini terbilang baru. Awalnya hanya jadi jujukan para offroader saja. Sekarang malah nge-hits setelah dibenahi oleh warga dan Perhutani dengan menyediakan spot foto di puncak.
Tantangan Kemarau
Mulai masuk kawasan kebun teh (jalur Wisata Agro Wonosari) pengunjung sudah dimanjakan dengan aroma daun teh dengan kualitas udara yang sejuk dan jernih. Setelah melalui perbatasan atau ujung kebun teh, keindahan alam dengan jajaran hutan pinus jadi pemandangan menarik.
Shanti, warga Surabaya juga penasaran dengan kemolekan Budug Asu. Dia naik kepuncak lewat jalur Fox Hill. Dengan sekuat tenaga dia melalui tanjakan Demit agar cepat sampai puncak karena sudah terlalu siang.
“Penjaga parkir di bawah bilang kalau terlalu siang, puncak Arjuna akan tertutup kabut awan. Jadi saya pilih jalur ekstrem ini biar cepat sampai puncak,” kata Shanti.
Maksimal berangkat dari pos parkir bawah jam 05.00 WIB pagi apabila menempuh perjalanan dengan jalan kaki. Perkiraan sampai puncak pukul 07.00 WIB. “Lebih pagi lebih bagus agar pemandangan tidak tertutup kabut,” tutur Djari, penjaga pos.
Saat musim kemarau, pengunjung akan sedikit terganggu dengan adanya debu tebal di sepanjang jalur 500m menuju puncak. Sebaliknya, apabila musim penghujan, pengunjung siap-siap dengan balutan lumpur.
Bagi pendaki atau pengunjung yang tidak membawa bekal, di puncak terdapat satu warung yang menjual beraneka makanan ringan maupun berat. Ada soto, mi rebus, lalapan, dan gorengan. Setelah lelah menempuh perjalanan, pengunjung bisa santai dan menikmati makan sembari memandang indahnya kemolekan alam.
Tak lengkap pula apabila setelah lelah mendaki apabila tidak mencicipi sajian kuliner di Singosari. Alternatif antara lain yakni bakso Cak Kar di Jl. Kartanegara atau nasi rawon warung Barokah di Jl. Masjid.