Bisnis.com, JAKARTA—PT Garam menyatakan belum menyerap garam rakyat pada musim panen kali ini karena harga di tingkat petani masih menguntungkan.
Direktur Utama PT Garam (Persero) Dolly P. Pulungan mengatakan para petani juga masih terikat kontrak penjualan dengan industri pengolah garam. Perseroan, tutur dia, baru akan membeli garam rakyat ketika harga di tingkat petani di bawah Rp1.000 per kg.
BUMN itu juga akan mempertimbangkan kualitas garam, di samping kontrak petani dengan industri pengolah garam.
"So far, mereka [petani] happy dengan harga yang ada sekarang," katanya saat dihubungi, Senin (18/9/2017).
Berdasarkan Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (APGRI), harga garam di tingkat petani Rp1.800 per kg untuk kualitas 1, Rp1.500-Rp1.600 per kg untuk kualitas 2, dan Rp1.400 per kg untuk kualitas 3.
Dikaitkan dengan keamanan stok awal tahun depan, Dolly mengatakan perusahaan tidak akan terlambat mengantisipasi. Sebelumnya, dia memperkirakan kekurangan stok hingga 525.442 ton pada akhir 2017. Pasalnya, produksi garam nasional tahun ini 1,3 juta ton, sedangkan kebutuhan garam konsumsi rumah tangga, industri aneka pangan, dan industri pengasinan ikan mencapai 1,82 juta ton.
Kekurangan suplai itu telah memperhitungkan susut dalam pemrosesan garam nasional sebanyak 230.000 ton dan rencana impor bahan baku garam konsumsi 226.000 ton (Bisnis, 5/9/2017).
"Sebetulnya gampang [mengantisipasi kekurangan stok]. Saat paceklik kami mulai hitung berapa konsumsi, berapa suplai, di situ nanti kami action. Action-nya kami bisa absorb [serap] garam rakyat atau saya impor supaya harga garam di konsumen tidak tinggi," ujarnya.
Dolly menyebutkan masih ada sisa penyertaan modal negara 2015 senilai Rp200 miliar yang disiapkan untuk menyerap garam rakyat.