Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya menilai ada potensi di negara selain tujuan utama ekspor yang sudah ada saat ini.
“Produk-produk seperti Cocoa Powder sepertinya akan diminati di Asia Pacific dan Timur Tengah. Ditargetkan dapat meningkat hingga 20% melalui negara-negara tersebut,” kata Sindra saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (22/1/2017).
Sindra meyakini kinerja ekspor kakao Indonesia tahun ini dapat tumbuh apabila semua pihak konsisten membenahi produksi di tingkat hulu. Menurutnya, tahun lalu industri kakao mengalami penurunan nilai ekspor akibat kurangnya pasokan biji kakao.
“Kan sempat dibatasi oleh Mentan untuk impor biji kakao. Untungnya sekarang sudah dibuka kembali keran impor itu,” jelas Sindra.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor kakao Indonesia ke beberapa negara mitra dagang mengalami penurunan secara year on year hingga Oktober 2016. Beberapa negara tersebut antara lain Amerika Serikat, China, dan Malaysia.
Penurunan terjadi hingga US$50 juta lebih secara year on year terhadap ekspor komoditas kakao Indonesia ke Malaysia. Masih periode yang sama, peningkatan terjadi di beberapa negara seperti Brazil dan Uni Emirat Arab.
Meski nilai ekspor komoditas tersebut di kedua negara itu tak lebih dari US$50 juta dari 2015—2016, pelaku optimistis dapat menyasar pasar tersebut.