Bisnis.com, JAKARTA - Saat ini transformasi digital berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi, sehingga sektor telekomunikasi menjadi salah satu faktor penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Telekomunikasi bukan hanya penyedia layanan komunikasi tapi juga berdampak pada perubahan sosial, ekonomi bahkan hingga budaya. Di tengah dinamika global yang penuh tantangan sektor telekomunikasi di Indonesia justru menunjukkan resiliensi luar biasa. Dimana PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk telah menjadi entitas yang tidak hanya dominan secara komersial, tetapi juga strategis dalam membentuk arah masa depan ekonomi digital nasional.
Rilis kinerja keuangan Telkom Group untuk tahun 2024 memperlihatkan meskipun menghadapi tekanan pada situasi ekonomi dan persaingan yang ketat, Telkom tetap mencatat pertumbuhan pendapatan 0,5% YoY menjadi Rp150,0 triliun.
Kinerja yang lebih baik dicatatkan oleh Telkomsel yang mampu menorehkan pertumbuhan pendapatan dua digit, yakni 10,7% YoY, didorong oleh inisiatif strategis integrasi layanan bisnis fixed broadband IndiHome B2C ke dalam Telkomsel, serta mempertahankan dominasi di industri dengan pangsa pasar pendapatan seluler mencapai 51,8%.
EBITDA pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp75,0 triliun, dengan margin EBITDA yang masih kompetitif di angka 50,0%. Laba bersih sebesar Rp23,6 triliun turun 3,7% YoY, dipengaruhi oleh program pensiun dini, penurunan yang bukan disebabkan oleh pos biaya yang terkait dengan kegiatan operasional.
Sedangkan Telkomsel secara konsisten mempertahankan kepemimpinannya dalam pangsa pasar laba bersih selama lebih dari 10 tahun berturut-turut, mencapai 75,6% di tahun 2024, yang mencerminkan kinerja keuangan yang solid dan eksekusi yang disiplin.
Kinerja tersebut sejalan dengan arus kas operasional tetap solid di Rp61,6 triliun (naik 1,7% YoY), sementara struktur permodalan tetap sehat dengan rasio utang terhadap EBITDA di level konservatif 1,0x.
Ini mencerminkan kehati-hatian manajemen dalam mengelola ekspansi dan investasi, termasuk optimalisasi capex yang sebesar Rp24,5 triliun dialokasikan untuk memperkuat infrastruktur jaringan dan meningkatkan pengalaman pelanggan, dengan alokasi pada konektivitas yang berfokus untuk mendukung strategi Fixed-Mobile Convergence (FMC).
Keberhasilan integrasi layanan IndiHome B2C secara penuh menjadi pendorong utama lonjakan pendapatan dan basis pelanggan. Pada tahun 2024, Telkomsel mencatatkan pertumbuhan pendapatan IndiHome B2C sebesar 101,2% YoY menjadi Rp26,6 triliun, dan penambahan hampir 1 juta pelanggan IndiHome B2C menjadi 9,6 juta, mengukuhkan kepemimpinan pasar dan komitmen Telkomsel dalam mengakselerasi penetrasi fixed broadband.
Average Revenue per User (ARPU) pada Q4 2024 menunjukkan pertumbuhan positif mencapai 2,0% QoQ, didorong oleh strategi penetapan harga yang disiplin dan fokus pada pelanggan bernilai tinggi.
Telkomsel memiliki basis pelanggan terjaga di 159,4 juta, dengan ekspansi layananpascabayar mencapai 8 juta pelanggan. Data Payload tumbuh 13,9% YoY, mencerminkan adopsi layanan digital yang terus meningkat.
Semua indikator ini menegaskan komitmen Telkomsel dalam meningkatkan produktivitas pelanggan dan memenuhi kebutuhan digital yang terus berkembang untuk mendorong perkembangan transformasi digital Indonesia.
Kontribusi terhadap Pasar Modal dan Ekonomi Nasional
Telkom memiliki sejarah dan kontribusi yang panjang dalam pasar modal Indonesia. Telkom pernah menjadi penguasa kapitalisasi pasar dan hingga saat ini menjadi salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar mencapai 2,3% dari IHSG.
Disaat pasar mengalami fluktuasi, Telkom senantiasa menjadi jangkar bagi IHSG. Telkom juga memainkan peran sentral dalam menjaga stabilitas dan menarik investor institusi domestik maupun global.
Dengan kapitalisasi pasar yang besar, likuiditas saham tinggi, serta peringkat kredit investment grade dari tiga lembaga pemeringkat global (Moody’s Baa1, Fitch Ratings BBB, Pefindo idAAA), Telkom memberikan fondasi kepercayaan terhadap daya tahan emiten Indonesia di mata pelaku pasar internasional.
Lebih jauh, kinerja keuangan Telkom yang stabil berkontribusi terhadap penurunan risiko pasar. Hal ini tercermin dalam rendahnya volatilitas harga saham TLKM dibandingkan sektor lainnya, menjadikannya pilihan utama dalam portofolio investor institusi, terutama untuk institusi dana pensiun dan asuransi.
Dividen yang rutin dibagikan setiap tahun dengan yield yang menarik dimana dapat mencapai 6,83%. Angka tersebut bahkan mendekati yield SBN yang merupakan instrumen investasi bebas risiko.
Saat ini Telkom juga diperdagangkan dengan valuasi yang rendah pada Price Earnings Ratio sebesar 10,97x lebih rendah dari sektor sebesar 13,14x dan Industri mencapai 16,07x.
Kontribusi ekonomi melalui transformasi digital yang didorong Telkom dan Telkomsel tidak sekedar pada penciptaan laba di laporan keuangan. Namun juga berkontribusi langsung pada pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan estimasi lembaga riset independen, setiap peningkatan 10% penetrasi broadband dapat mendorong pertumbuhan PDB sebesar 1,38%. Sehingga setiap penambahan jaringan dan pelanggan dari Telkomsel baik melalui mobile atau IndieHome, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi seperti penguatan sektor UMKM, layanan pendidikan hingga layanan kesehatan.
Tantangan Struktural dan Peluang Strategis
Di tengah tantangan makroekonomi yang persisten dan tekanan yang berkelanjutan akibat penurunan pendapatan legacy, Telkomsel tetap mampu mempertahankan EBITDA margin di level yang sehat pada 45,3%, didorong oleh penerapan pendekatan asset-light dengan memanfaatkan sumber daya Telkom dalam mengoptimalkan penyebaran jaringan yang berdampak positif pada profitabilitas.
Hal ini mencerminkan mencerminkan dampak positif dari integrasi dan optimasi biaya, dengan peningkatan lebih lanjut yang akan terealisasi seiring berlanjutnya proses integrasi.
Di samping itu, peluang yang tersedia sangat besardengan Telkomsel yang senantiasa memperkuat kepemimpinan jaringan melalui jangkauan terluas dan kualitas yang terbaik, didukung oleh 271.040 BTS dengan 221.290 di antaranya adalah BTS 4G dan 975 BTS 5G pada akhir tahun 2024, memastikan kesiapan kapasitas untuk permintaan digital di masa mendatang.
Lebih penting lagi adalah langkah Telkom dalam memperluas kolaborasi baik lokal maupun internasional yaitu melalui Telin, Mitratel, maupun melalui inisiatif open partnership dalam pengembangan platform digital.
Ekspansi ini tak hanya memperkuat posisi Telkom di kawasan, tapi juga membuka akses bagi startup Indonesia untuk go-global melalui integrasi layanan backend yang lebih efisien.
Selain itu dukungan untuk sektor ekonomi kreatif juga dapat meningkatkan kinerja Telkom dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Ekonomi kreatif yang digadang-gadang dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru dapat menjadi sasaran ekspansi untuk pertumbuhan ke depan.
Komitmen Telkom terhadap prinsip ESG juga patut diapresiasi. Peluncuran inisiatif GoZero% yang menargetkan pengurangan 20% emisi karbon hingga 2030 merupakan contoh konkret bahwa transformasi digital dan transformasi hijau dapat berjalan beriringan.
Penanaman 10.000 pohon mangrove, inklusi tenaga kerja perempuan hingga 32%, serta peningkatan rating ESG Sustainalytics menjadi 25,6 adalah langkah positif yang menegaskan posisi Telkom sebagai perusahaan publik yang bertanggung jawab.
Menyongsong Masa Depan Telekomunikasi Digital Indonesia
Untuk itu diharapkan Telkom Group tetap konsisten menjaga disiplin keuangan sambil terus mendorong investasi strategis di bidang digital, cloud, dan AI. Di sisi Telkomsel, keberhasilan integrasi sistem one-billing menjadi tonggak pencapaian yang signifikan pada tahun 2024, mendukung optimalisasi kapabilitas FMC dan menjadi landasan untuk pertumbuhan pendapatan berbasis rumah tangga dalam jangka panjang, dengan fokus pada strategi value over volume yang bukan sebatas volume pelanggan menjadi prinsip utama menjaga pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan.
Diperlukan dukungan kebijakan yang konsisten terhadap pengembangan sektor telekomunikasi. Investasi besar di sektor ini membutuhkan jaminan kepastian hukum, insentif spektrum yang kompetitif, serta penguatan kerangka hukum privasi data dan keamanan siber yang seimbang antara proteksi dan inovasi.
Meski kinerja sektor telekomunikasi dipengaruhi oleh faktor makroekonomi, dinamika persaingan pasar, dan pergeseran perilaku konsumen, komitmen industri yang berkelanjutan secara menyeluruh dalam menerapkan praktik pasar yang rasional mampu mendorong terwujudnya stabilitas sektor yang lebih luas.
Telkom harus dilihat sebagai representasi dari pasar modal Indonesia di mana emiten tidak hanya besar secara kapitalisasi, tetapi juga visioner secara strategis. Melalui kolaborasi lintas sektor, penguatan infrastruktur digital dan transformasi ESG akan menjadi pilar utama dalam menarik arus modal jangka panjang ke Indonesia.