Bisnis.com, SURABAYA - PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan PTPN III (Persero) Holding Perkebunan, menarargetkan dapat menggiling 13,6 Juta ton tebu pada musim giling tahun ini.
Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan PT SGN, Yunianta, mengatakan perusahaan menargetkan jumlah tebu tergiling sebanyak 13,6 juta ton dan gula produksi sebesar 1 juta ton GKP (gula kristal putih) pada 2025.
“Proyeksi jumlah giling tebu tersebut naik 10% dibanding jumlah giling tebu 2024 yang mencapai 12 juta ton. SGN juga menargetkan pendapatan perseroan sebesar Rp1 triliun pada tahun ini,” ujarnya, Senin (17/3/2025).
Menurutnya, sejak Januari baru ada 1 pabrik gula yang giling, yakni pabrik gula Kwala Madu di Sumatera Utara dengan kapasitas kurang lebih 200.000 ton tebu. Hal ini dikarenakan musim giling baru dimulai pada bulan Mei setiap tahunnya, namun di Sumatera Utara mempunyai musim yang berbeda sehingga sudah bisa mulai giling.
Terkait lahan, dia menjelaskan, pada musim giling tahun ini tidak ada tambahan lahan milik sendiri, namun diupayakan ada penambahan IPL atau sewa lahan dan juga kerjasama usaha dengan perhutani.
“Rencananya pada tahun ini juga, SGN akan mengoperasikan dan men-standarkan produksinya kembali beberapa pabrik gula yang sudah tidak melakukan produksi atau giling, salah satunya 1 pabrik gula di Sulawesi yang berkapasitas 2.500 ton tebu perhari," ucapnya.
Baca Juga
SGN, kata dia, juga merencanakan bekerja sama dengan pabrik gula yang diluar PTPN group, seperti pabrik gulanya PT RNI dan pabrik gula Madu Baru di Jogjakarta, namun hal ini masih menunggu keputusan dari pemerintah.
Disisi lain, Yunianta menjelaskan, pemerintah saat ini menugaskan SGN untuk melakukan operasi pasar untuk gula melalui PT Pos baik di Kantor Cabang Pembantu maupun Kantor Cabang Utama mulai H-7 Ramadan hingga menelang Idulfitri.
“Jadi kami memasok semua produk gula kita ke PT Pos dengan harga jual Rp15.000/kg. Harga ini sama seluruh Indonesia dan pembelian per orang dibatasi maksimal 2 kg,” katanya.
Total alokasi yang direncanakan sekitar 43.000 ton GKP. Saat ini, serapannya masih 2.000 ton dan paling banyak di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi," ujarnya.