Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Melimpahnya Stok Pangan jadi Rem Inflasi di DIY

Pada Agustus 2024, inflasi di DIY berada di angka 0,05% (mtm) dengan inflasi tahunan di 2,33%. Produksi pertanian yang melimpah jadi bantalan kenaikan harga.
Pekerja memanen daun tembakau./Antara-Siswowidodo.
Pekerja memanen daun tembakau./Antara-Siswowidodo.

Bisnis.com, SEMARANG - Musim panen di wilayah Jawa memberikan pengaruh besar bagi perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK). Di DI Yogyakarta, laju inflasi berhasil direm dengan melimpahnya produksi pertanian. Baik dari dalam maupun luar daerah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa laju inflasi di DI Yogyakarta berada di angka 0,05% (month-to-month/m-to-m). Secara tahunan, inflasi berada di posisi 2,33% (year-on-year/yoy). Penurunan harga pada beberapa komoditas pertanian menjadi rem laju inflasi di daerah tersebut, baik secara bulanan maupun tahunan.

Ibrahim, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi DI Yogyakarta, menjelaskan bahwa inflasi pada bulan Agustus 2024 dipicu oleh kenaikan harga beras, bensin, emas perhiasan dan cabai rawit.

Sementara itu, komoditas bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras memberikan dampak deflasi. "Penurunan harga bawang merah didorong oleh relatif rendahnya permintaan di tengah ketersediaan pasokan yang melimpah pasca panen raya, serta hadirnya pasokan bawang merah dari wilayah Bima dan Brebes," jelas Ibrahim pada Selasa (3/9/2024).

Sementara itu, melandainya harga daging ayam ras disebabkan oleh terjaganya jumlah pasokan di pasaran seiring dengan relatif stabilnya permintaan konsumen. "Adapun kondisi overstock telur ayam ras di tingkat peternak menyebabkan telur ayam ras dijual dengan harga lebih rendah kepada pedagang untuk mengurangi risiko kerusakan telur," lanjut Ibrahim.

Disparitas harga untuk wilayah perkotaan ataupun pedesaan di DI Yogyakarta relatif tak terpaut jauh. Dalam catatan BPS, inflasi secara tahunan terjadi lebih tinggi di Kota Yogyakarta dengan 2,33% (yoy) dan inflasi bulanan di 0,04%.

Adapun di Kabupaten Gunungkidul, inflasi bulanan terjadi lebih besar dengan 0,05% (mtm) sementara inflasi tahunan berada di 2,32% (yoy).

Ibrahim menyampaikan bahwa Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DI Yogyakarta bakal terus berupaya untuk mengendalikan inflasi agar sesuai dengan kisaran target. Berbagai upaya dilakukan, termasuk dengan menggelar operasi pasar yang hingga Agustus 2024 telah terselenggara sebanyak 167 kali.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper