Bisnis.com, MALANG — Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong modernisasi pertanian hortikultura lewat program Smart Green House (SGH).
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengatakan program SGH di Balai Besar Penyuluhan Pertanian (BBPP) Ketindan, Lawang, Kab. Malang, layak dikembangkan ke daerah-daerah untuk mengembangkan pertanian hortikultura karena terbukti berhasil menghasilkan buah dalam kuantitas dan kualitas yang baik karena mengadopsi pertanian ramah lingkungan
“Syaratnya, harus dibuat SGH berbiaya dan operasionalnya murah, namun hasilnya tetap efisien, sama dengan SGH konvensional. Caranya dengan mendesain ulang SGH disesuaikan dengan kondisi Indonesia,” ujarnya di BBPP, Senin (5/8/2024).
Oleh karena itulah, kata dia, ahli-ahli BBPP dan ahli lain serta tenaga ahli dari Korea Selatan untuk merekayasa ulang SGH sehingga berbiaya murah, namun tetap efisisen. Jika memanfaatkan teknologi SGH konvensional, terlalu berat bagi petani karena biaya investasinya terlalu tinggi. Bisa mencapai miliaran rupiah. “Untuk mencapai BEP akhirnya menjadi terlalu lama,” ujarnya.
Jika prototype SGH yang telah direkayasa ulang telah selesai dan berhasil, kata dia, maka akan dikenalkan pada petani-petani, terutama yang biasa menamam hortikultura agar diadopsi. Adapun yang perlu dilakukan pemerintah, mencari off taker produk-produk hortikultura petani, baik dalam negeri maupun luar negeri atau ekspor.
Dia optimistis, produk hortikultura dari petani yang sudah menerapkan program SGH sangat baik kualitasnya karena memanfaatkan teknologi ramah lingkungan. Buah dan sayuran yang dihasilkan menjadi sehat.
Baca Juga
Selama ini, kata dia, produk-produk hortikultura sulit menembus pasar ekspor karena masalah kualitas. Seperti hotel-hotel di Jerman dan Perancis yang menyediakan buah-buhan tropis, buahnya dari Brazil dan Thailand. Begitu juga dengan mangga. Mangga Indonesia sulit menembus pasar Jepang meski secara rasa lebih enak karena masalah mutu.
“Jadi selain memperkenalkan cara budi daya secara modern, petani juga perlu diberi sosialisasi mengenai bertani yang baik dan benar,” ujarnya.
Jika program SGH terbukti menguntungkan petani dan pasar produk holtikultura terbuka luas sehingga usaha tani tersebut dinilai menguntungkan, kata dia, maka program tersebut hampir dipastikan diadopsi petani. Termasuk petani golongan milenial.
Petani akan mengajukan kredit ke bank untuk mendanai pertanian modern. Di sisi lain, pemerintah juga akan berupaya memberikan fasilitasi agar petani dapat mengakses keuangan dengan lebih mudah. “Saya harap secepatnya prototype SGH yang sudah dibuat ulang segera diselesaikan,” ujarnya.
Dalam keterangan resmi, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengatakan pentingnya peran teknologi pertanian, salah satunya pemanfaatan teknologi smart farming/pertanian digital, hal ini dilakukan untuk menggenjot produktivitas, produksi pertanian.
Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan sebagai salah satu UPT Pelatihan dibawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), turut berupaya meningkatkan skill, pengetahuan, dan kemampuan. Termasuk dalam meningkatkan SDM para penyuluh, petani, petani milenial, serta masyarakat umum lainnya seperti dari kalangan akademisi maupun pelajar.
Saat ini BBPP Ketindan bekerjasama dengan Korea Selatan dalam pengembangan smart farming berupa pembangunan 11 unit smart greenhouse (SGH) yang digunakan untuk budidaya paprika, stroberi, tomat, dan jeruk. Teknologi tinggi (high tech) yang dipakai di SGH diadopsi dari teknologi yang telah diterapkan di Korea Selatan. SGH yang telah softlaunching pada bulan Juli 2023 lalu, saat ini beberapakali telah panen stroberi, paprika dan tomat. Saat ini juga ditanam melon.
Bersama dengan tim expert Korea Selatan dalam proyek Enhanching Millenial Farmer’s Income by Adopting K-Smart Farm Technologies in Indonesia, berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi para petani melalui penyelenggaraan short term training dan long term training.
Dengan keberadaan SGH ini, baik petugas, petani, mahasiswa atau masyarakat umum bisa mempelajari teknologi canggih yang bisa diterapkan jika ingin membudidayakan komoditas premium untuk pasar modern atau pasar ekspor. Melalui proyek ini, tidak hanya mempelajari dari segi budidaya dan penanganan hama penyakit saja, namun yang paling penting adalah proses pemasarannya. (K24)