Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Komoditas Pertanian Jadi Penyumbang Inflasi 2023 di Jatim 2,92%

Provinsi Jawa Timur pada 2023 mengalami inflasi sebesar 2,92% sedikit lebih rendah dibandingkan dengan target yang dicanangkan Bank Indonesia.
Pedagang menata barang dagangan./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.
Pedagang menata barang dagangan./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.com, SURABAYA — Provinsi Jawa Timur pada 2023 mengalami inflasi sebesar 2,92% sedikit lebih rendah dibandingkan dengan target yang dicanangkan Bank Indonesia yakni sekitar 3% ± 1%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Zulkipli mengatakan di sepanjang tahun 2023, ada tiga komoditas utama peyumbang inflasi di Jatim terutama bahan makanan yakni beras, cabai rawit dan cabai merah.

“Pergerakan harga beras selama 2023 sebenarnya imbas kenaikan harga beras yang sudah mulai bergerak mulai pertengahan 2022. Selama 2023 harga beras terus bergerak naik, sempat stabil dan bahkan sedikit turun saat terjadi puncak panen pada Maret 2023, setelah itu naik lagi hingga akhir tahun seiring dengan menurunnya produksi beras,” jelasnya dalam paparan BRS, Selasa (2/1/2024).

Sedangkan untuk cabai rawit, lanjutnya, adalah salah satu komoditas yang memberikan andil besar terhadap inflasi di seluruh kota IHK Jatim, andil terbesar ada di Kediri yang mencapai 0,43%. 

Untuk cabai merah selama Januari – Oktober 2023 relatif stabil, berkisar Rp33.000 – Rp35.000, tetapi di akhir tahun harga komoditas ini naik sangat signifikan sehingga mendorong terjadinya inflasi di bulan November dan Desember 2023.

Zulkipli mengatakan, khusus Desember 2023, inflasi Jatim relatif lebih rendah dibandingkan Desember 2022, dan juga sedikit lebih rendah dibandingkan November 2023. “Kondisi ini berbeda dengan Desember tahun-tahun sebelumnya yang selalu mengalami inflasi tinggi,” imbuhnya.

Adapun 10 komoditas penyumbang inflasi Jatim di 2023 di antaranya adalah beras yang mengalami inflasi 20,55% (yoy), cabai rawit 84,2%, emas perhiasan 11,75%, cabai merah 124,01%, rokok kretek filter 9,06%, kontrakan rumah 2,19%, tarif air minum PAM 9,54%, akademi/perguruan tinggi 2,64%, bawang putih 37,58%, dan sewa rumah 1,3%.

Sementara, 10 komoditas penyumbang deflasi atau yang telah menahan laju inflasi di tahun lalu (yoy) yakni telur ayam ras turun harga sampai -9,29%, minyak goreng -4,93%, bensin -0,78%, bawang merah -11,28%, tomat -26,26%, telepon seluler -3,44%, sawi hijau -18,01%, semangka -9,60%, daging sapi -1,12%, dan melon -8%.

Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan perekonomian Jatim terutama dari sisi kinerja ekspor di 2024 masih akan melanjutkan perlambatan karena faktor global. Namun dari sisi domestik, Indonesia masih bisa menahan laju perlambatan tersebut.

“Ini terutama dari sisi faktor cuaca yang sesuai perkiraan bahwa El Nino berakhir, sehingga dampaknya di sektor pertanian yang negatif pada 2023 bisa berkurang dan bisa kembali positif kemudian laju inflasi akan bisa diatasi,” katanya.

Dia menambahkan, dengan situasi sektor pertanian yang selama ini beberapa komoditasnya menyumbang inflasi, maka pada 2024 Bank Indonesia memproyeksikan inflasi tahun ini akan berada di range 2,5% ± 1% atau lebih rendah dari 2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper