Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivitas Gunung Semeru pada Musim Hujan Perlu Lebih Diwaspadai

Aktivitas Gunung Semeru perlu lebih diwaspadai saat memasuki musim penghujan.
Banjir lahar dingin di Lumajang dari Gunung Semeru erupsi./Instagram Lumajangku
Banjir lahar dingin di Lumajang dari Gunung Semeru erupsi./Instagram Lumajangku

Bisnis.com, BATU — Aktivitas Gunung Semeru perlu lebih diwaspadai saat memasuki musim penghujan karena jika ada semburan lava maka tingkat bahayanya lebih tinggi karena bisa dibawa air hujan ke bawah.

Guru Besar bidang Ilmu Vulkanologi dan Geothermal Universitas Brawijaya (UB), Prof Sukir Maryanto, mengatakan perlu ada persiapan terkait mitigasi terhadap bencana alam. 

“Alhamdulillah, masyarakat di lereng Gunung Semeru sudah teredukasi terkait mitigasi bencana, terutama terkait bencana vulkanik karena sosialisasi yang dilakukan mahasiswa berlangsung intensif, bahkan menyasar ke anak-anak,” katanya pada Bincang dan Obrolan Santai Bersama Pakar (BONSA1) di Agro Techno Park (ATP) Cangar Batu, Jumat (24/11/2023).

Mitigasi bencana dalam bentuk edukasi, dia meyakinkan, mutlak diberikan kepada masyarakat. Hal itu terjadi karena posisi Indonesia sebagai daerah yang dilintasi rings of fire.

Daerah dengan posisi geografis seperti itu, di satu sisi perlu disyukuri karena ada beberapa keuntungan, namun di pihak lain juga perlu diwaspadai sehingga perlu ada mitigasi.

Menurutnya edukasi mitigasi bencana perlu diberikan sejak TK. Dengan begitu, masalah mitigasi bencana tidak hanya berupa pengetahuan, tapi sudah menjadi kesadaran budaya masyarakat. Di Jepang, dengan tingkat edukasi mitigasi bencana yang tinggi, maka dampak dari bencana tidak terlalu fatal. Seperti tsunami di Jepang, hanya memakan korban 2.000 orang meninggal, namun di Aceh sekitar 200.000 orang meninggal.

“Bencana vulkanik di Semeru pada 2022, tidak ada korban meninggal karena respons masyarakat terhadap bencana sudah sangat baik,” ujarnya.

Pendidikan mitigasi bencana bagi masyarakat, kata dia, dilakukan di sekolah-sekolah di daerah yang pintu masuknya lewat muatan lokal. Pemberian edukasi kebencanaan melalui dua tahap, materi umum kebencanaan, dan potensi bencana lokal seperti bencana vulkanik pada warga sekitar Semeru serta banjir untuk warga Jakarta.

Prof Sukir menjelaskan hidup berdampingan dengan gunung berapi perlu adanya kesadaran dari dalam diri masyarakat maupun semua stakeholder terkait kebencanaan. Untuk mengubah kesadaran diri menjadi suatu budaya terhadap kebencanaan dibutuhkan usaha yang sangat besar, hal ini bisa dilakukan dalam bentuk school watching dan town watching.

"School watching kan lingkupnya di sekolah kalau town watching kan lingkupnya di kota atau desa mereka sendiri. Maksudnya adalah masyarakatlah yang bisa mengamati potensi bahaya. Oleh karena itu, masyarakatlah yang paham, bisa mengevakuasi dirinya sendiri ketika ada bencana karena mereka yang menghadapinya sendiri," katanya.

Dia menambahkan pengetahuan tentang mitigasi bencana seharusnya menjadi program pemerintah. Kalau perlu bisa dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dengan strategi, jika belum bisa dinasionalkan, bisa dimulai dari kurikulum lokal, muatan lokal dengan kerja sama pada daerah-daerah yang bersedia sebagai perintis.(K24)

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper