Bisnis.com, MOJOKERTO - Kementerian Perindustrian terus mendorong pabrikan di Jawa Timur untuk melakukan transisi energi menuju industri hijau yang berkelanjutan, termasuk bisa terlibat dalam transaksi perdagangan karbon melalui bursa karbon.
Deputi Direktur Pusat Industri Hijau Kemenperin Achmad Taufik mengatakan saat ini industri pengolahan di Indonesia sudah tampak mulai berupaya menghijauan industrinya melalui berbagai cara, mulai dari penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berbasis solar panel hingga biomasa untuk energi pembakaran.
“Saya melihat industri-industri kita sudah punya roadmap dan komitmen dengan meluncurkan rencana netral carbon pada tahun berapa, dan penggunaan energinya berapa,” katanya di sela-sela launching slogan Ajinomoto Health Provider & Boiler Biomasa, Rabu (1/11/2023).
Dia mengatakan, penggunaan biomasa sebagai alternatif menekan emisi karbon oleh industri saat ini sudah mulai banyak, tetapi Kemenperin dan Kementerian ESDM serta beberapa lembaga yang membantu masih menginventrisasi capaiannya.
“Yang kami lakukan saat ini untuk mendorong industri hijau adalah dengan memberikan pendampingan dan pembinaan kepada industri, seperti bagaimana menyusun dokumen rencana aksi dan verifikasi untuk mendapat sertifikasi pengurangan emisi sehingga bisa masuk ke bursa karbon,” ujarnya.
Menurutnya, bursa karbon yang baru diluncurkan pemerintah pada 26 September 2023 memiliki potensi yang sangat besar bila digarap oleh industri dengan serius di masa yang akan datang. “Di beberapa industri yang sudah aktif di bursa karbon, kami lihat sahamnya mereka juga naik, artinya ini mendapat respons positif oleh market,” imbuh Taufik.
Baca Juga
Sebelumnya, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 4 Jatim Giri Tribroto mengatakan bursa karbon kredit yang baru diluncurkan ini memang sudah berjalan cukup baik karena selama periode 26 September - 17 Oktober 2023 telah mencatatkan nilai perdagangan karbon mencapai Rp29,2 miliar. Nilai transaksi di sana setara dengan 459.000 CO2.
“Capaian itu memang belum besar, tapi hal itu wajar karena peluncuran ekosistemnya juga masih sangat baru dan butuh waktu setidaknya 1 tahun untuk adaptasi agar pemain baru bisa tertarik untuk masuk dan memperdagangkan kredit karbon,” ujarnya.
Pemain dalam ekosistem itu pun masih kecil yakni ada sekitar 16 perusahaan dalam Indonesian Carbon Exchange. Satu-satunya penjual di bursa tersebut merupakan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), dan sisanya hadir sebagai pembeli.