Bisnis.com, SURABAYA — Pemerintah terus memacu ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dengan menyiapkan sejumlah kebijakan, mengingat tren permintaan pasarnya masih belum optimal.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengatakan pemerintah saat ini punya beberapa kebijakan untuk memacu perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia.
“Yang pertama adalah kebijakan fiskal seperti PPN 1 persen bagi mobil listrik yang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) nya mencapai 40 persen. Jadi kita ingin beri insentif sampai produksinya semurah mungkin dan se-nol mungkin tapi jangan sampai negara tidak mendapat manfaat,” ujarnya seusai pembukaan GIIAS 2023 Surabaya, Rabu (20/9/2023).
Menurutnya, pemerintah juga harus mendapat manfaat dari TKDN, sebab di dalam kebijakan TKDN akan ikut memberi nilai tambah. Ketika pabrikan menambah fasilitas produksi, maka akan mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi.
“Endingnya, kalau produk mobil listrik keluar, mereka (pabrikan) akan bayar PPN, PPh. Dalam itungan ekonomi kita beri 0 persen, sebetulnya volumenya naik 3 persen. Jadi pemerintah dapat feedback, dan masyarakat juga dapat feedback,” jelasnya.
Hal terpenting dari kebijakan-kebijakan ini, lanjutnya, harga mobil listrik akan menjadi terjangkau bagi masyarakat di Indonesia yang kondisi pasarnya berada di range harga Rp300 jutaan.
Baca Juga
“Kalau bisa elektrifikasi mobil di harga itu maka penyerapan pasar di masyarakat juga akan lebih cepat. Jadi selain fiskal dan TKDN, ada lagi kebijakan pembelian kendaraan listrik oleh pemerintah, pemda, pemprov, BUMN/BUMD didorong untuk menggunakan kendaraan listrik,” imbuhnya.
Taufiek menambahkan, secara nasional penjualan kendaraan listrik per Agustus 2023 ini mencapai 56.000 unit. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang masih mencapai 20.000 an unit. Secara pertumbuhan memang siginifikan, tetapi secara volume masih sangat kecil dibandingkan penjualan mobil berbahan BBM.
“Buat Indonesia, ini suatu peningkatan. Namun program ini akan jalan kalau masyarakat juga awareness. Makanya kami menempuh jalur kultural dengan memberi edukasi bahwa pakai electric vehicle (EV) akan membuat udara bersih, menurunkan emisi karbon, subsidi BBM turun, dan memberi kesempatan masyarakat untuk beraktivitas lebih bagus,” imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur Honda Surabaya Center (HSC) selaku diler mobil Honda wilayah Jatim, Bali, Nusra, Ang Hoey Tiong mengatakan dalam GIIAS 2023 ini Honda menampilkan mobil full listrik (EV) Honda E. Namun saat ini masih belum dijual di Indonesia.
“Kedatangan Honda E: ini menujukkan Honda sudah siap untuk kendaraan EV, tapi bukan berarti kita akan menjual. Selama infrastruktur kita sudah siap, baru akan kita luncurkan, kapanpun itu,” katanya.
Direktur HSC, Wendy Miharja menambahkan, secara global Honda sendiri sudah memiliki mobil listrik di Jepang sudah berjalan 5 tahun, dan sudah 3 tahun masuk ke pasar China yang memang sudah memiliki kesiapan infrastruktur.
“Untuk Indonesia, kami baru menampilkan teknologi kendaraan hibrid yang akan menjembatani dan mempersiapkan Honda untuk masuk ke pasar mobil full listrik atau EV. Tentunya menunggu infrastruktur yang lebih lengkap agar ketika beralih ke listrik full tidak sampai banyak kendala,” imbuhnya.
President PT Chery Sales Indonesia (CSI) dan Vice President Chery International, Shawn Xu mengatakan dalam GIIAS Surabaya ini, Cherry memperkenalkan mobil listrik Omoda 5 EV yang merupakan kendaraan kelas SUV crossover.
“Pada GIIAS 2023 di Jakarta Agustus lalu, kendaraan listrik yang dipameran Cherry ini berhasil menarik perhatian pengunjung dengan hasil pemesanan 100 unit selama 10 hari pameran. Kami berharap hal sama juga terjadi di Surabaya, ada antusiasme konsumen dalam mengikuti tren eco mobility yang mendukung terciptanya berkendara rendah emisi,” ujarnya.