Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur menyebut kondisi perkembangan ekonomi syariah saat ini masih dalam tingkat pemahaman yang rendah sehingga masih sangat perlu dorongan yang lebih optimal.
Kepala BI Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan berdasarkan State of the Global Islamic Economny Report 2021/2022, Indonesia sudah berada posisi 10 top player global. Hanya saja masih di sektor halal food, islamic finance, muslim friendly travel, modest fashion, pharma cosmetics, dan media & recreation.
“Kemudian kondisi ekonomi syariah saat ini untuk share usaha syariah juga rendah, termasuk share perbankan syariah yang masih rendah, serta tingkat pemanfaatan Ziswaf (zakat, infaq, shodaqah, wakaf) yang belum optimal,” jelasnya dalam Bincang Bareng Media (BBM) 2023, di Surabaya, Selasa (5/9/2023).
Padahal, kata Muslimin, peluang ekonomi syariah di Indonesia dan global masih sangat besar, didukung berdirinya Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), dan besarnya pasar halal domestik maupun Ziswaf.
“Meski begitu, masih ada tantangan yang harus dihadapi dalam meningkatkan ekonomi syariah di antaranya seperti ketidakpastian perekonomian global dan berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, serta rendahnya literasi ekonomi syariah,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, BI berupaya untuk mengembangkan ekosistem syariah yang lebih baik, salah satunya dengan menggelar Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Jawa 2023 yang menjadi pre event dari Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).
Baca Juga
“Kami berharap event ini bisa membuat semua pelaku ekonomi halal bisa menciptakan strategi yang lebih mumpuni. Bukan hanya kebijakan konkret, kami juga menjaring ide dan inovasi. Ide tersebut menjadi pengembangan untuk dasar ekonomi syariah di masa depan,’’ imbuhnya.
Advisor Bank Indonesia Jatim, Muslimin Anwar menjelaskan, Fesyar Jawa 2023 ini rencananya akan dibuka pada 29 September 2023 di Surabaya dengan mengusung tema ‘Penguatan Sinergi dan Inovasi Ekonomi dan Keuangan Syariah Melalui Dukungan Digitalisasi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Jawa yang inklusif’.
“Ada 3 topik utama yang akan dibahas dalam rangkaian kegiatan Fesyar Jawa tahun ini, di antaranya tentang inklusi, digitalisasi dan growth,” katanya.
Muslimin menambahkan, pada gelaran Fesyar 2021 berhasil mencatatkan transaksi pada kegiatan business matching mencapai Rp7 triliun, dan pada Fesyar 2022 juga mencatatkan transaksi sebesar Rp9 triliun.