Bisnis.com, SURABAYA - Konsultan manajemen investasi Colliers International mencatat di sepanjang tahun ini belum ada pasokan baru atau perluasan lahan kawasan industri di Jawa Timur lantaran pengembang masih fokus pada kinerja penjualan lahan yang masih tersedia.
Head of Research dari Colliers Indonesia, Ferry Salanto mengatakan di sepanjang semester I/2023 ini memang tidak ada pasokan baru untuk area industri di Surabaya dan sekitarnya. Saat ini total persediaan lahan yang masih berpotensi untuk dihuni kalangan industri sebesar 3.118 ha (gross).
“Meski belum ada pasokan baru, tetapi kami perkirakan akan ada 3 kawasan industri baru yang akan dikembangkan di akhir tahun dengan lahan seluas 3.616 ha,” ujarnya, Rabu (30/8/2023).
Adapun untuk saat ini lahan kawasan industri per daerah di Jatim paling banyak didominasi oleh Kabupaten Gresik dengan kontribusi sekitar 37 persen, disusul Mojokerto 13 persen, Pasuruan 18 persen, Surabaya 8 persen, Sidoarjo 16 persen, dan Tuban 8 persen.
“Penjualan lahan kawasan industri di Jatim beberapa tahun ini didominasi kawasan Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) karena didorong oleh status sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sekaligus penjualan lahannya juga ditopang oleh kehadiran pabrik smelter PT Freeport Indonesia,” ujarnya.
Ferry menambahkan, sejalan dengan belum adanya pasokan baru kawasan industri di Jatim, harga lahan kawasan industri ini rata-rata juga cenderung stagnan dalam 3 tahun terakhir.
Baca Juga
Di kawasan tengah/pusat Jatim harga rata-rata lahan industri sekitar Rp6,5 juta - Rp7,5 juta/m2, di kawasan selatan sekitar Rp1,5 juta - Rp3,5 juta/m2, dan di kawasan utara Rp1,35 juta - Rp3,5 juta/m2.
“Kami perkirakan harga lahan industri ini akan tetap sama dalam satu tahun ini,” imbuhnya.
Terpisah, GM Marketing dan Business Development PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) - JIIPE, Iskandar Rares mengatakan, sejak ditetapkan statusnya menjadi KEK, JIIPE memiliki investasi yang kuat, ditambah lagi dengan kehadiran smelter Freeport di JIIPE.
“Banyak investor yang melirik JIIPE untuk lokasi investasi, setidakanya kami kedatangan 5 -10 calon investor yang melakukan penjajakan. Dalam waktu dekat juga akan ada 3 tenant baru di bidang industri kimia, dan industri baterai yang belum bisa kami sebutkan namanya,” katanya kepada Bisnis.
Saat ini, kata Iskandar, posisi market JIIPE untuk segmen kawasan industri memang diperuntukan bagi industri dengan kebutuhan lahan ukuran menengah ke besar, dengan tipe industri sedang dan berat atau medium heavy industry.
“Sebelum mendapat status KEK, JIIPE memiliki tenant yang tidak terklasterisasi. Namun setelah mendapatkan status KEK, kini JIIPE terklasterisasi yakni klaster industri kimia, metal, energi, elektronik dan logistik serta pendukung industri,” ujarnya.
Adapun JIIPE yang merupakan kawasan terintegrasi ini memiliki total area 3.000 ha, yang terdiri dari kawasan industri 1.800 ha, dan kawasan Pelabuhan multiguna, area komersial serta perumahan. Untuk kawasan industri, hingga saat ini sudah ada 19 tenant yang telah menempati JIIPE.
“Proyeksi kami ke depan akan ada ada 100 tenant industri skala menengah ke besar. Dari jumlah itu sekitar 40 - 50 persen merupakan industri besar,” imbuh Iskandar.