Bisnis.com, SURABAYA - Harga komoditas cabai rawit di Jawa Timur dalam beberapa pekan terakhir ini mulai merangkak naik yang saat ini rata-rata di pasar tradisional Jatim berada di kisaran Rp39.729/kg.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim, Nanang Triatmoko mengatakan meski kenaikan harga cabai rawit ini lebih disebabkan karena adanya peningkatan permintaan pasar.
“Namun memang kenaikan harganya tidak terlalu signifikan karena hanya disebabkan banyaknya permintaan pasar, apalagi dalam beberapa minggu terakhir banyak acara hajatan yang butuh pasokan bahan makanan dari cabai rawit,” katanya, Rabu (9/8/2023).
Dia mengatakan untuk harga cabai rawit di tingkat petani berada di kisaran Rp27.000/kg naik dibandingkan sebelumnya masih Rp24.000/kg. Bagi petani, harga tersebut cukup menguntungkan, apalagi sebagian kecil tanaman petani ada yang terserang virus gemini.
“Kalau sudah terkena virus ini, daun dan batangnya akan menguning lalu bisa mengganggu pertumbuhannya. Sebenarnya tanaman cabai masih tetap berbuah tetap berbuah tapi hasilnya tidak maksimal,” imbuhnya.
Menurut Nanang, ramalan soal El Nino atau musim kekeringan saat ini juga tidak terpengaruh signifikan, mengingat lahan pertanian cabai di Jatim rerata juga sudah menerapkan sumur bor.
Baca Juga
Selain itu, lanjutnya, peningkatan harga cabai rawit ini diperkirakan tidak akan lama karena sejumlah daerah penghasil cabai di Jatim juga akan memasuki masa panen raya.
Berdasarkan Sistem Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga komoditas cabai rawit di Jatim per 9 Agustus 2023 rerata sebesar Rp39.729/kg. Harga tertinggi terjadi di Gresik Rp44.333/kg, dan terendah terjadi di Situbondo Rp29.333/kg.
Jika dibandingkan dengan situasi pekan sebelumnya pada 2 Agustus 2023, harga cabai rawit di Jatim rata-rata Rp34.553/kg. Harga tertinggi terjadi di Pasuruan Rp40.666/kg, dan terendah terjadi di Situbondo Rp27.000/kg. Bahkan jika dibandingkan pada 2 pekan lalu tepatnya 26 Juli 2023, rerata harga cabai rawit Rp30.745/kg, tertinggi terjadi di Gresik Rp36.666/kg dan terendah di Bangkalan Rp23.000/kg.
BPS Jatim mencatat, cabai rawit pada Juli lalu telah menjadi komoditas penahan laju inflasi alias deflasi karena mengalami penurunan harga hingga -14,16 persen (mtm).
Kepala Bank Indonesia - Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim sendiri telah berupaya menahan laju inflasi dengan target tahun ini berada di kisaran plus minus 3 - 1 persen.
“Pada Juli 2023, inflasi di Jatim melandai karena ditopang turunnya harga komoditas hortikultura khususnya cabai rawit, bawang merah dan tomat seiring dengan terjaganya pasokan dan masa panen. Namun komoditas hortikultura ini masih perlu diwaspadai karena juga berpotensi memicu inflasi terutama karena dampak El Nino,” jelasnya.
Selain program pasar murah, dan kerja sama antar daerah, upaya TPID Jatim dalam menjaga laju inflasi ini juga dilakukan dengan program pelaksanaan gerakan budidaya pangan mandiri dan pemberian bantuan alsintan dan saprotan.
“Hingga saat ini telah dilakukan enam kegiatan gerakan budi daya pangan mandiri dengan membagikan 24.000 bibit cabai merah dan cabai rawit,” imbuh Doddy.