Bisnis.com, SURABAYA - Terminal Teluk Lamong (TTL), anak perusahaan PT Pelindo Terminal Petikemas pada semester I/2023 mencatatkan kinerja arus peti kemas sebanyak 393.591 TEUs atau naik 3,6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Direktur Utama TTL, David P. Sirait mengatakan peningkatan kinerja arus peti kemas ini juga diiringi dengan peningkatan jumlah kunjungan kapal peti kemas ke TTL pada semester I/2023 sebanyak 658 unit atau naik 5,3 persen dibandingkan semester I/2022.
“Peningkatan kinerja ini juga sejalan dengan upaya kami untuk terus melakukan improvement bidang operasional hingga mampu mencatatkan kenaikan kinerja semester pertama dengan baik,” katanya, Jumat (21/7/2023).
Dia menjelaskan, terdapat tiga rute baru yang dilakukan TTL pada semester I lalu, serta ada tambahan kunjungan kapal rute Berau dan rute Tarakan yang menjadi salah satu faktor penyumbang naiknya kinerja terminal.
“Kami berupaya terus melakukan improvement untuk memberikan layanan yang sesuai dengan harapan pelanggan. Di tahun ini juga kami berhasil menurunkan waktu tunggu kapal sehingga tidak ada lagi isu tunggu arus untuk kapal-kapal yang akan sandar,” ujarnya.
David mengatakan, saat ini waiting time kapal jauh berkurang dibandingkan periode sebelumnya. Strategi lain yang dilakukan TTL untuk menurunkan waktu tunggu kapal adalah berkomunikasi aktif dengan Port Operation Command Center (POCC) dan agen pelayaran terkait progress dan update sisa bongkar muat kapal sehingga waktu operasi menjadi lebih efektif.
Baca Juga
"Kami bekerja sama dengan POCC dan pemanduan untuk meniadakan isu tunggu arus pada pelayanan kapal yang sandar atau layar, kedepannya langkah ini akan terus kami tingkatkan dan kami evaluasi hasilnya," kata David.
Sementara, dari segmen curah kering, kunjungan kapal semester I/2023 ini sebanyak 42 unit, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 48 unit. Arus barang curah kering semester ini tercatat 1.600.334 ton mengalami penurunan sebesar 9,4 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
“Penurunan curah kering ini dilatarbelakangi oleh penurunan volume jagung dan gandum. Penurunan komoditas food and feed tidak hanya terjadi di TTL, namun di seluruh terminal wilayah tanjung perak yang turun sebesar 17 persen,” imbuhnya.