Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendorong UMKM untuk memacu hilirisasi pada komoditas herbal seperti rempah/rimpang dan tanaman obat tradisional karena dinilai memiliki potensi pasar yang besar baik di pasar domestik maupun luar negeri.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan kekayaan rempah dan tanaman obat tradisional di Indonesia memiliki potensi luar biasa bila dikembangkan menjadi industri herbal yang bisa menembus pasar global.
“Potensi UMKM herbal ini sangat besar karena pada dasarnya rempah-rempah di Indonesia ini luar biasa. Meskipun tidak semua ada di Jatim, tapi hub-ekspor berbagai produk rempah-rempah sebagian besar melalui Jatim yakni di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya,” katanya, Selasa (20/6/2023).
Dia mengatakan dalam pengembangan UMKM herbal yang tidak kalah penting adalah menjaga kualitas dan higinitas produk yang dihasilkan, termasuk memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam produk herbal tersebut telah diperiksa dengan baik dan benar.
“Herbal itu natural dan sehat karena tanpa kandungan kimiawi, tetapi menjadi penting pengawasannya pada hal-hal yang mengandung zat-zat kimiawi apalagi yang membahayakan,” katanya.
Menurutnya, saat ini sudah banyak berbagai kecanggihan laboratorium di masing-masing perguruan tinggi, pabrik, bahkan home industry yang memungkinkan untuk bisa memproduksi jamu-jamu untuk metabolisme dan kesehatan di dalam tubuh yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini.
Baca Juga
“Untuk itu saya mengajak masyarakat untuk mulai mengenalkan minuman herbal kepada anak-anak sejak usia dini. Sehingga, mereka tidak banyak mengonsumsi produk jajanan yang mengandung bahan pengawet atau pewarna yang bukan berasal dari bahan alami,” imbuhnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dydik Rudy Prasetya mengatakan di Jatim sendiri sedikitnya ada 16 jenis komoditas tanaman biofarmaka yang menjadi unggulan.
“Rata-rata produksi tanaman biofarmaka ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan tren perkembangan permintaan pasar baik di dalam negeri maupun yang ekspor,” katanya.
Adapun 16 komoditas tanaman biofarmaka di Jatim ini terdiri dari jahe, jeruk nipis, kapulaga, kencur, kunyit, laos/lengkuas, lempuyang, lidah buaya, mahkota dewa, menkudu/pace, grup rimpang, sambiloto, serai hijau, temuireng, temukunci dan temulawak.
Hingga kuartal I/2023 ini, produksi jahe di Jatim mencapai 2,96 juta kg, sedangkan jeruk nipis 1 juta kg, kapulaga 1,48 juta kg, kencur 334.168 kg, kunyit 2,89 juta kg, laos/lengkuas 909.150 kg, lempuyang 74.466 kg, lidah buaya 43.861 kg, mahkota dewa 56.686 kg, mengkudu/pace 363.960 kg, grup rimpang 7,7 juta kg, sambiloto 9.808 kg, serai hijau 852.015 kg, temuireng 227.741 kg, temu kunci 106.365 kg, dan temulawak 192.514 kg.