Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong produktivitas komoditi kopi guna memperkuat posisi di pasar global melalui berbagai strategi seperti program agroforestry dan communal branding.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, sistem communal branding telah menjadi andalan Jatim guna mendorong produk Jatim bisa masuk ke pasar internasional.
“Sistem ini menjawab kendala produk ekspor yang terkadang kualitasnya bagus tapi secara kuantitas dan kontinuitas sulit untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor,” katanya, Kamis (5/6/2023).
Dia melanjutkan, communal branding atau sistem branding satu merek ini bisa dimanfaatkan banyak pelaku usaha sebagai solusi meningkatkan kualitas, kuantitas, kontinuitas, dan kemasan untuk orientasi pasar ekspor.
“Oleh karena itu, jika sudah masuk pada pasar ekspor dan comunal branding, maka tugas selanjutnya adalah quality control harus dilakukan,” imbuhnya.
Upaya lain untuk meningkatkan volume produksi agar bisa memenuhi pasar global, lanjut Khofifah, Jatim saat ini juga tengah mengembangkan program agroforestry untuk tanaman kopi yang dilakukan di lereng Gunung Arjuno di area wisata Oyot Coban Talun, Desa Tulungrejo, Bumiaji - Kota Batu.
Baca Juga
Khofifah optimistis, melalui program agroforestry kopi di lereng Gunung Arjuno bisa tembus ke pasar ekspor menyusul success story produk kopi Jatim lainnya seperti kopi Kare dari Madiun, kopi Wonosalam dari Kabupaten Jombang, serta kopi Dari Bondowoso.
Dia menambahkan, program agroforestry dan communal branding ini juga sejalan dengan pengembangan Desa Devisa yakni sebuah desa yang memiliki keunggulan produsk yang genuine dan original bukan produk dari desa lain. Adapun saat ini di Jatim sudah memiliki sebanyak 140 Desa Devisa.
"Desa Devisa ini akan mendapat bantuan dan pendampingan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Termasuk akses pasar hingga akses pembiayaannya. Ini penting, ketika nanti sudah melakukan transaksi berbasis ekspor, transaksi akan di dukung oleh Bank Exim," jelasnya.
Pj. Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai mengatakan, kawasan perdesaan agroforestry Kopi Gunung Arjuno ini memanfaatkan kawasan perhutani seluas 17.000 m2 untuk 4 desa. Tahap pertama 2.500 m2, dan sisanya akan diselsaikan pada tahap kedua.
“Kerberadaan agroforestry ini sejalan dengan komitmen Pemprov Jatim yakni Inisiatif, Kolaboratif Inovatif (IKI) dalam mengambil peran untuk mengembalikan kualitas ekologi kawasan hutan dengan tetap memperhatikan variable kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Terpisah, Sekretaris Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Jatim, Ichwan Nursidik mengatakan kinerja volume ekspor kopi di Jatim sepanjang Januari - April 2023 telah mencapai 17.337.988 kg dengan total nilai US$43,78 juta.
“Capaian ekspor tersebut didominasi oleh kopi jenis Robusta yakni mencapai 15.373.500 kg dengan nilai US$34,86 juta,” katanya.
Sedangkan untuk kopi jenis Arabika, lanjut Ichwan, hingga April 2023 telah mencapai 391.080 kg dengan nilai US$2,31 juta, serta untuk ekspor kopi olahan telah mencapai 1.573.408 kg dengan nilai US$6,61 juta.