Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

El-Nino 2023 Bakal Landa Jatim, Ini Daerah Berisiko

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur tengah melakukan pemetaan atau mapping wilayah potensi rawan dan terkena kekeringan.
EL NINO./www.vox.com
EL NINO./www.vox.com

Bisnis.com, SURABAYA — Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur tengah melakukan pemetaan atau mapping wilayah potensi rawan dan terkena kekeringan yang bisa berdampak pada hasil panen tanaman pangan hingga terjadinya inflasi.

Diketahui, hasil prakiraan musim kemarau 2023 di Jatim oleh BMKG telah disampaikan bahwa kemarau paling awal yakni April, dan terjadi di Kabupaten Tuban, Lamongan bagian utara, Sampang bagian selatan, Pamekasan bagian selatan, Sumenep bagian selatan, Probolinggo bagian utara, Situbondo bagian utara, Banyuwangi bagian tenggara. 

Sedangkan paling akhir diperkirakan terjadi pada Juli, terjadi di Kabupaten Malang bagian tenggara dan Lumajang bagian barat daya. Serta, puncak musim kemarau 2023 umumnya diprakirakan pada Agustus 2023.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dydik Rudy Prasetya menjelaskan dari prakiraan tersebut memang diperlukan komitmen untuk mengamankan produksi, terlebih berdasarkan rerata 10 tahun kejadian kekeringan tertinggi di Jatim biasanya terjadi pada Juni (periode musim kemarau) yang berada di Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. 

“Oleh karena itu, beberapa langkah antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim secara umum yang kami lakukan adalah membentuk brigade El-Nino dan membuat mapping wilayah potensi rawan kekeringan,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/6/2023).

Dia mengatakan kewaspadaan di musim kemarau 2023 ini terutama pada kabupaten-kabupaten yang cukup rawan kekeringan, seperti di Gresik, Sidoarjo, Tuban, Ngawi, Pacitan, Tulungagung, Lumajang, dan Bondowoso.

"Namun kategori daerah rawan kekeringan ada di Trenggalek, dan yang sangat rawan kekeringan berada Bojonegoro dan Lamongan. Beberapa organisme penganggu tanaman (OPT) padi pada musim kemarau ini juga berpotesi meningkat seperti serangan tikus, penggerek batang dan wereng batang cokelat," jelasnya.

Rudy menambahkan, selain memetakan wilayah rawan kekeringan, pihaknya juga mendorong petani menggunakan varietas benih tahan kekeringan, budi daya hemat air, KUR, program eksponensial, dan gudang/buffer stock pangan, hingga mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bagi wilayah yang rawan kekeringan.

Di samping itu, juga perlu menjaga pasokan sumber air, dam parit, embung, sumur, biopori, drainase, pompa dan pipa-pipa air, serta melaksanakan percepatan tanam yang disinergikan, meningkatkan indeks pertanaman, meningkatkan produktivitas. “Kami juga mendorong diversifikasi budidaya pangan lokal seperti jagung, singkong, sorgum, ubi jalar, talas, kedelai, dan kacang-kacangan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper