Bisnis.com, MALANG — Kota Malang mengalami inflasi 0,25 persen pada Mei 2023 yang dipicu a.l kenaikan ayam daging ras dan telur ayam.
Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, mengatakan pada Mei terjadi inflasi sebesar 0,25 persen (m-to-m) yang utamanya disebabkan oleh daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang merah. Inflasi Mei (year on year) sebesar 4,22 persen.
Kelompok energi pada Mei mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (m-to-m), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,20 persen. Secara year on year, kelompok energi mengalami inflasi sebesar 12,90 persen.
Komponen bahan makanan pada Mei mengalami inflasi sebesar 1,26 persen (mtm), mengalami peningkatan jika dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,2 persen. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga daging ayam ras, telur ayam ras, dan bawang merah. Secara year on year, inflasi bahan makanan pada Mei sebesar 2,48 persen.
“Pasca-Lebaran 2023 tingkat inflasi mulai melemah. Penurunan tingkat inflasi Mei 2023 utamanya disumbang oleh penurunan harga pada kelompok transportasi dan beberapa komoditas bahan makanan," katanya, Senin (5/6/2023).
Menurut dia, telur ayam ras mengalami kenaikan selain disebabkan karena produksi yang menurun, peningkatan harga telur ayam ras juga disebabkan karena kenaikan harga pakan ternak, sedangkan kenaikan harga daging ayam ras masih karena pengaruh lebaran ditambah dengan adanya kenaikan biaya produksi yang meliputi kenaikan harga pakan ternak (jagung) dan juga harga DOC (day old chicken).
Baca Juga
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai relatif masih terjaganya tingkat inflasi pada Mei menunjukkan bahwa pola pengeluaran masyarakat pasca-Lebaran kembali pada situasi normal, yaitu fokus pada konsumsi kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar lainnya.
Namun demikian, kata dia, volatile foods terus memberikan tekanan inflasi seiring dengan ketergantungan yang masih tinggi terhadap beberapa bahan baku impor seperti kedelai dan bahan pakan ternak ayam petelur maupun pedaging.
Oleh karena itu, dia menyarankan, dalam jangka menengah dan panjang pemerintah melakukan percepatan untuk pengembangan industri substitusi impor. Ketergantungan bahan baku impor ini akan sangat memengaruhi pergerakan harga komoditas dalam negeri, mengingat situasi global yang masih belum menentu akibat perang Rusia vs Ukraina dan ancaman resesi di negara-negara maju.
Selain itu, Joko menegaskan, mitigasi risiko menjelang puncak El Nino pada Juli-September akan juga memengaruhi produktivitas pertanian pangan sehingga akan menambah tekanan pada pergerakan inflasi.(K24)