Bisnis.com, SURABAYA — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat kelompok bahan makanan dan energi telah memicu inflasi Jatim pada Maret 2023 yang tercatat sebesar 0,39 persen (month to month/mtm).
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan secara year on year (yoy), pada Maret 2023 Jatim telah mengalami inflasi sebesar 6,13 persen, dan secara year to date (ytd) atau Maret 2023 terhadap Desember 2022 telah mengalami inflasi sebesar 0,86 persen.
“Pada Maret ini inflasi pada kelompok energi itu meningkat menjadi 17 persen dari sebelumnya atau Februari 2023 inflasi kelompok energi sebesar 16,78 persen. Kemudian, didorong juga oleh kelompok bahan makanan yang pada Maret, kelompok ini mengalami inflasi 6,67 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya 7,32 persen,” jelasnya dalam paparan BRS, Senin (3/4/2023).
Dia menjelaskan, dari delapan kota yang melakukan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, seluruhnya mengalami inflasi, tertinggi terjadi di Sumenep 0,67 persen (mtm), dan terendah terjadi di Kediri 0,25 persen dan Madiun 0,25 persen.
“Lebih rinci, dari 11 kelompok yang ada, seluruhnya mengalami inflasi, empat besar penyebab tertinggi inflasi Jatim yakni makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi 0,96 persen, transportasi 0,34 persen, pakaian dan alas kaki 0,74 persen, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,03 persen,” paparannya.
Berdasarkan komoditas, terdapat 10 barang yang menjadi penyumbang inflasi Jatim pada Maret 2023 yakni terdiri dari cabai rawit yang mengalami peningkatan harga hingga 9,72 persen, bawang putih 11,29 persen, cabai merah 11,15 persen, daging ayam ras 3,71 persen, serta disusul angkutan udara, telur ayam ras, emas perhiasan, rokok kretek filter, beras, dan bensin.
Baca Juga
Sedangkan 10 komoditas penyumbang deflasi yakni sawi putih mengalami penurunan harga -21,03 persen, kol putih kubis -19,64 persen, bawang merah -8,28 persen, tarif kereta api -6,03 persen, serta disusul minyak goreng, jagung manis, melon, pepaya, wortel dan kacang panjang.