Bisnis.com, SURABAYA - Kinerja industri makanan dan minuman (mamin) Tanah Air diproyeksikan akan tumbuh 6 - 7 persen tahun ini seiring dengan pulihnya situasi perekonomian di Indonesia termasuk cukup tingginya permintaan pasar luar negeri atau ekspor.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman mengatakan industri mamin pada tahun lalu cukup mampu tumbuh positif di tengah tantangan ekonomi global akibat pandemi dan geopolitik.
“Tahun lalu industri mamin kita mampu tumbuh 4,9 persen, tentu di tahun ini kita proyeksikan tumbuh 6 - 7 persen, dengan pertimbangan bahwa kita sudah banyak berinteraksi/mobilitas masyarakat meningkat sehingga berdampak pada sektor ritel,” Katanya saat media gathering PT Lautan Natural Krimerindo (LNK) di Surabaya, Rabu (15/3/2023).
Selain itu, di pasar ekspor bahkan industri mamin mengalami pertumbuhan 20 persen tahun lalu. Pertumbuhan yang cukup bagus tersebut disebabkan tingginya permintaan pasar luar negeri untuk produk mamin dan bahan baku makanan.
“Banyak negara yang ternyata tidak bisa memenuhi permintaan global, contohnya Malaysia yang tiba-tiba tidak bisa memasok ayam dan produk turuannya, sehingga ini menjadi kesempatan Indonesia untuk bisa memasok,” katanya.
Adhi menambahkan, negara lain yang juga berpotensi untuk menjadi sasaran pasar produk mamin dari Indonesia yakni Timur Tengah yang mulai banyak kedatangan jamaah haji, serta pasar tradisional lainnya seperti Amerika Serikat dan Jepang yang masih menjadi potensi bagi industri mamin.
Baca Juga
“Ke depan industri ini masih harus menghadapi tantangan yakni produktivitas yang harus ditingkatkan, untuk itu program industri 4.0 juga menjadi perhatian kita supaya bisa meningkatkan efisiensi,” imbuhnya.
Produsen bahan mamin berupa krimer asal Mojokerto Jawa Timur, PT Lautan Natural Krimerindo (LNK) saat ini juga tengah memperkuat pasar ekspor yang cukup berpotensi tersebut.
Direktur LNK Hendrik Gunawan mengatakan LNK terus memperkenalkan produk krimernya ke pasar global sebagai produk yang sehat, apalagi produk LNK juga cukup beragam mulai dari produk jadi hingga produk setengah jadi yang bisa menjadi nilai tambah bagi pasar internasional.
“Krimer akan menjadi bahan baku untuk mereka terutama bagi industri kopi dan makanan lainnya, dan merupakan produk krimer yang sehat karena mayoritas menggunakan bahan baku dari kelapa, kelapa sawit dan tapioka,” ujarnya.
Dia menjelaskan kapasitas pabrik LNK sendiri saat ini sebesar 65.000 ton/tahun, dengan tingkat utilitas 85 persen. Sebanyak 15 - 20 persen dari produksi LNK telah menyasar pasar ekspor ke 30 negara, dan sisanya untuk memasok pasar domestik.
“Mayoritas ekspor kita ada di negara-negara Asean, ada Malaysia, Singapura, dan produk ritel juga masuk ke Belanda, Arab Saudi dan Australia, hingga Eropa. Negara-negara tersebut cukup merasakan manfaat dari fiber krim yang kami produksi,” katanya.
Hendrik menambahkan, tahun ini pun LNK juga berpartisipasi dalam Hannover Messe, sebuah pameran dagang internasional untuk teknologi industri di Jerman. Ajang Hannover Messe itu menjadi sarana melakukan national branding atas posisi Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru ekonomi dunia dan pemain manufaktur global.
“LNK mulai menunjukkan kemajuan sebagai hasil transformasi digital sehingga dalam produksi mampu menurunkan cacat produksi hingga 70 persen, meningkatkan kapasitas produksi 20 persen, meningkatkan penjualan 43 persen dan mengurangi rasio energi hingga 14 persen,” imbuhnya.