Bisnis.com, SURABAYA — Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur menyebut industri perhotelan tahun ini akan menghadapi sejumlah tantangan kinerja di saat sedang mengalami pemulihan.
Ketua PHRI Jatim, Dwi Cahyono mengatakan tahun ini akan ada banyak hal yang harus dihadapi sektor perhotelan salah satunya tahun politik yang dikhawatirkan dapat mengganggu kondusifitas suatu daerah sehingga berdampak pada tingkat hunian hotel.
"Tahun ini mulai masuk tahun politik, hal ini bisa menjadi pemikiran orang yang akan berpergian ke satu daerah jika daerah tersebut ada konvoi misalnya. Berikutnya karena faktor iklim/cuaca yang tidak menentu itu juga sangat pengaruh terhadap okupansi hotel,” jelasnya, Rabu (25/1/2023).
Selain itu, harga tiket transportasi yang juga cenderung naik dapat mempengaruhi sektor perhotelan, termasuk adanya isu resesi dunia yang berdampak pada kinerja ekspor - impor dan berujung pada penurunan daya beli masyarakat.
“Kalau sudah terjadi penurunan daya beli, itu akan mengurangi kegiatan bepergian,” imbuhnya.
Dwi menambahkan, bahkan tahun ini dikabarkan pemerintah akan mengurangi anggaran untuk kegiatan di hotel sehingga kinerja hotel dari sektor Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) dapat terpengaruh.
Baca Juga
“Padahal pada 2022, justru sektor MICE ini telah membantu mendongkrak kinerja perhotelan di Jatim, khususnya di Surabaya. Kalau 2023 ada pemotongan anggaran untuk MICE, itu akan berat sekali,” imbuhnya.
Meski begitu, kata Dwi, industri perhotelan di Jatim di akhir 2022 sangat terbantu dengan adanya momen Natal dan Tahun Baru sehingga rata-rata okupansi bisa mencapai 76 persen baik hotel nonbintang sampai hotel bintang, apalagi pemerintah telah mencabut aturan PPKM.
“Biasanya setelah akhir tahun, okupansi akan turun di Januari, tetapi alhamdulillah Januari ini ada Imlek dan liburan sehingga okupansi masih bisa berada di angka 60 - 70 persen, dan karena libur telah selesai kini menjadi 30 an persen,” imbuhnya.
Senior Associate Director Colliers International - Indonesia, Ferry Salanto menyebutkan secara keseluruhan performa hotel di Surabaya selama 2022 sudah membaik, bahkan bisa dikatakan selama periode pandemi 2020 - 2022, performa di 2022 adalah yang terbaik.
“Jumlah kunjungan wisatawan asing juga terus meningkat, dan Surabaya telah kembali sibuk karena kegiatan bisnis sudah kembali aktif, dan tamu longstay dari perusahaan dan bisnis sudah kembali masuk,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, kegiatan meeting, convention, wedding serta kegiatan offline lainnya juga telah mendongkrak tingkat hunian dan kinerja keseluruhan hotel. Sepanjang 2022, rata-rata okupansi hotel di Surabaya juga mencapai 55 persen, serta terdapat 293 unit pasokan kamar hotel baru.
“Pada 2023, kami perkirakan kinerja sektor hotel akan meningkat salah satunya karena Surabaya merupakan salah satu kota/tempat pelaksanaan Piala Dunia U-20,” imbuh Ferry.