Bisnis.com, SURABAYA - Kenaikan cukai rokok dari tahun ke tahun berimbas terhadap daya tahan produsen. Terutama produsen rokok kecil yang tersebar di berbagai daerah.
Salah satu yang terdampak kenaikan cukai rokok itu adalah perusahaan Alfi Putra produsen rokok daerah yang berada di Trenggalek, Jawa Timur.
Manajer Operasional dan Kabag Pemasaran Alfi Putra, Sutrisno Hadi Wibowo mengatakan setiap tahun harus mengalokasikan dana Rp2 miliar untuk setiap kenaikan cukai.
“Setiap tahin itu, kita naik sekitar Rp2 miliar,” ungkap Sutrisno ditemui di Trenggalek, Rabu (20/12/2022).
Sedangkan, total anggaran yang disisihkan tahun ini untuk membayar pajak adalah Rp13,8 miliar.
“Satu tahun untuk pajak saja, itu sekitar 13,8 miliar per tahun. Kalau satu tahun,” kata Sutrisno.
Baca Juga
Sementara itu, pemerintah telah memutuskan menaikan cukai hasil tembakau (CHT) 10% pada 2023 dan 2024.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menjelaskan kenaikan tarif CHT itu akan diterapkan untuk jenis sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP).
Adapun kenaikan CHT akan berbeda sesuai dengan golongannya. Kendati demikian, kenaikan rokok rata-rata naik 10 persen.
“Rata-rata 10 persen, nanti akan ditunjukkan dengan SKM I dan II yang nanti rata-rata meningkat antara 11,5 hingga 11,75 (persen), SPM I dan SPM II naik di 12 hingga 11 persen, sedangkan SKP I, II, dan III naik 5 persen,” ujar Sri Mulyani dikutip dari laman resmi Kemenkeu, Jumat (4/11/2022).
Menurut Sutrisno, dengan adanya kenaikan cukai rokok itu, ditambah dengan kenaikan UMP Jawa Timur, operiasonal perusahaannya sering kelabakan.
Namun ia mengaku sejauh ini perusahaan Alfi Putra yang menjual rokok dengan merk dagang B.O.Y itu masih tetap bisa bertahan dari tahun ke tahun menghadapi kenaikan cukai rokok, dan kenaikan UMP.
“Sebetulnya operasional kelabakan. Tapi selama ini, pabrik kita masih bisa bertahan,” terang Sutrisno.