Bisnis.com, BANYUWANGI — Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memproyeksikan akan ada 20 homestay terutama di kawasan desa-desa wisata Banyuwangi yang siap untuk mengikuti program homestay naik kelas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, M. Yanuarto Bramuda mengatakan homestay naik kelas ini merupakan program Pemkab Banyuwangi yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat di perdesaan melalui sektor pariwisata.
“Homestay naik kelas ini adalah cerita bagiamana pemerintah daerah membuat kebijakan yang pro terhadap rakyat karena okupansi hotel pada saat weekend padat, maka bagaimana agar wisatawan diarahkan menginap di homestay,” jelasnya di sela-sela kegiatan Bank Indonesia Bincang Bareng Media (BBM) 2022 akhir pekan lalu.
Hanya saja, lanjut Bramuda, agar homestay tersebut layak dihuni oleh wisatawan maka perlu mendapatkan program bimbingan dan pelatihan dengan standar layaknya hotel.
“Jadi program ini adalah bagaimana meningkatan kualitasnya, SDM-nya, pelayanannya, termasuk infrastrukturnya misal mulai memiliki kolam renang, air panas, kloset duduk, yang akhirnya ini akan meningkatkan nilai rupiah warga pemilik homestay yang tadinya mendapat Rp100.000 - Rp200.000/malam, bisa mendapat Rp300.000 - Rp400.000,” jelasnya.
Bramuda menjelaskan, program ini juga sejalan dengan upaya Pemkab Banyuwangi yang telah melakukan moratorium atau pembatasan terhadap pembangunan hotel-hotel terutama kelas melati atau hanya boleh bintang empat ke atas.
Baca Juga
“Kebijakan ini dilakukan agar homestay di desa wisata juga tumbuh, dan tingkat persaingan hotel tidak semakin ketat, apalagi saat ini okupansi rata-rata masih 60 persen, jika sudah 90 persen, izin hotel baru diberikan. Hal Ini juga untuk memberi kepastian investasi bagi investor,” jelasnya.
Dia memaparkan, saat ini di Banyuwangi secara eksisting terdapat sebanyak 600 homestay, dan yang telah terdaftar di Disbudpar Banyuwangi sebanyak 264 homestay. Hingga saat ini sudah ada 6 homestay yang telah berhasil naik kelas.
“Untuk tahun depan kita target 20 homestay bisa naik kelas, tentu kita survei dulu mereka dan testimoninya, kalau mau diangkat kita berikan pelatihan, pendampingan, edukasi bagaimana menggunakan sprei seperti layaknya hotel Bintang, dan kulinernya dilatih oleh chef hotel, termasuk kita bantu perizinannya,” ujarnya.
Bramuda menambahkan, soal tren kunjungan wisatawan ke Banyuwangi, tahun ini telah tercapai sebanyak 2,5 juta wisatawan domestik. Jumlah tersebut meningkat, tetapi masih jauh 50 persen dari angka normal sebelum pandemi yang mampu mencapai lima juta wisatawan. Untuk tahun depan ditargetkan bisa mencapai 3,5 juta wisatawan domestik.
“Untuk wisatawan asing, tahun ini telah tercapai sebanyak 25.000 wisatawan, masih jauh dari normal yang mencapai 100.000 orang, dan kawasan Gunung Ijen merupakan destinasi utama untuk wisatawan asing,” imbuhnya.
Ketua Lembaga Desa Wisata Tamansari - Banyuwangi, Mahsun menambahkan, sejauh ini desa wisata juga sangat terbantu dengan adanya kebijakan pemerintah tentang kewajiban travel agent luar Banyuwangi agar menggunakan pemandu wisata lokal.
“Kebijakan ini sangat membantu warga lokal untuk bergerak ekonominya. Selain menyetop pembangunan hotel kelas melati, Pemkab Banyuwangi juga mengeluarkan kebijakan penghentian izin baru pendirian pasar modern agar ekonomi rakyat seperti toko-toko kelontong, khususnya di desa-desa dapat berputar,” ujarnya.