Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dewan Energi Nasional Dorong Nuklir sebagai Pembangkit Listrik

Untuk menggantikan energi fosil dengan energi baru terbarukan dari biomassa, panas bumi, maupun solar cell dan hydro belum cukup memenuhi kebutuhan energi.
Petugas dari IAEA tengah melakukan pemeriksaan instalasi pembangkit nuklir./www.world-nuclear-news.org
Petugas dari IAEA tengah melakukan pemeriksaan instalasi pembangkit nuklir./www.world-nuclear-news.org

Bisnis.com, SURABAYA - Dewan Energi Nasional saat ini tengah mengkaji potensi penggunaan nuklir sebagai alternatif energi baru untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang semakin meningkat hingga 3 kali lipat pada 2030 - 2060.

Anggota Dewan Energi Nasional Satya Widya Yudha mengatakan saat ini Indonesia tengah menghadapi transisi energi yang mengacu pada komitmen dalam Paris Agreement pada 2016 untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 318 juta ton CO2 pada 2030.

“Kemudian berdasarkan kesepatakan di Mesir, kesepakatan penurunan emisi karbon ditingkatkan menjadi 385 juta ton, dan jika menggunakan bantuan asing target ditingkatkan menjadi 445 juta ton CO2,” katanya dalam diskusi Energy & Industry Outlook 2023, Kamis (17/11/2022).

Dia mengatakan Indonesia sendiri menganut proses transisi energi secara perlahan dengan menghilangkan emisi karbon dari sisi energi listrik yakni pembangkit batu bara seperti yang sudah dilakukan di PLTU Paiton.

“Namun untuk menggantikan energi dari fosil dengan energi baru terbarukan dari biomassa, panas bumi, maupun solar cell dan hydro masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan energi ke depan, untuk itu Dewan Energi mendorong penggunaan nuklir,” jelasnya.

Dia mengatakan penggunaan nuklir ini juga tengah disusun dan rencananya akan dijadikan Perpres yang diharapkan dapat ditandatangani Presiden Joko Widodo.

“Kita juga sedang merevisi kebijakan energi nasional yang dalam revisi itu akan diusulkan nuklir menjadi opsi yang memungkinkan. Harapannya nuklir bisa direalisasikan pada 2040,” imbuhnya.

Satya menambahkan, pertumbuhan kebutuhan energi di tahun depan pun akan dipengaruhi kondisi pertumbuhan ekonomi. Jika tahun ini ekonomi tumbuh 5 persen, dan tahun bisa tumbuh 7 persen, maka rata-rata pertumbuhan energi rerata akan mencapai 6 persen per tahun.

Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani menambahkan tantangan energi dan industri tahun depan akan semakin besar dengan peningkatan konsumsi energi.

“Tantangan 2023 itu semakin besar dibandingkan dengan sekarang karena kan kegiatan masyarakat maupun industri baik besar dan kecil mulai bergerak sehingga otomatis memperlukan konsumsi energi yang cukup. Untuk itu diperlukan peran pemerintah dan semua stakeholder terkait untuk menghadapi tantangan tahun depan,” katanya.

Deden menambahkan peran Pertamina sendiri akan menjadi kestabilan dan ketahanan energi sesuai dengan tugas dan fungsinya yakni menyediakan energi terutama energi BBM, LPG dan avtur.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper