Bisnis.com, SURABAYA — Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat perekonomian di Jatim sepanjang Januari - September 2022 tumbuh sebesar 5,53 persen (yoy) atau tumbuh 5,58 persen (yoy) pada kuartal III/2022.
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan sumber pertumbuhan ekonomi Jatim sepanjang Januari - September yang tumbuh cukup bagus di antaranya seperti dari sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 22,97 persen (Yoy), jasa lainnya 12,47 persen, akomodasi, makan dan minum 9,22 persen, serta pengadaan listrik dan gas 8,06 persen.
“Khusus kinerja ekonomi di kuartal III/2022, sumber pertumbuhan ekonomi disumbang oleh industri pengolahan tumbuh 1,69 persen, disusul perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor, transportasi, pergudangan hingga konstruksi,” jelasnya dalam paparan kinerja ekonomi Jatim kuartal III/2022, Senin (7/11/2022).
Dia melanjutkan, dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jatim disumbang oleh sektor konsumsi rumah tangga yakni tumbuh 4,12 persen disusul pengeluaran untuk barang modal yang punya umur panjang.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Jatim secara kumulatif (c to c) atau selama Januari - September 2022 yang mencapai 5,53 persen ini sudah menunjukkan perbaikan ekonomi atau hampir kembali pada kondisi sebelum pandemi Covid-19.
“Kalau kita bandingan dengan periode yang sama 2021, pertumbuhan ekonomi Jatim hanya mampu sebesar 3,23 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Januari - September 2019 atau sebelum pandemi yakni sebesar 5,57 persen,” ujarnya.
Baca Juga
Dadang melanjutkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 jika dibandingkan kuartal II memang tumbuh melambat yakni 2,15 persen. Hal ini salah satunya disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang menghadapi tantangan geopolitik.
“Di samping itu solusi atas kenaikan harga bahan bakar yang terganggu juga belum tercapai, dan ada gangguan suplai serta adanya pesimisme pertumbuhan ekonomi global,” ujarnya.
Sejumlah peristiwa lain di Jatim yang juga mempengaruhi kondisi perekonomian di kuartal III yakni terjadi penurunan produksi tanaman pangan terutama komoditas padi, cabai, bawang merah, dan tembakau akibat curah hujan, ditambah lagi adanya kenaikan cukai tembakau.
“Produksi migas juga masih mengalami tekanan sebagai dampak dari bawaan pandemi dan sejumlah penghentian operasi yang tidak terencana,” imbuhnya.
Meski begitu, dari sisi lain secara umum industri pengolahan masih berada di fase ekspansi khususnya industri makanan dan minuman, industri kulit dan industri kimia. Sedangkan industri tekstil harus menghadapi tekanan kenaikan harga bahan baku dan penurunan permintaan luar negeri.
Dadang menambahkan, dari sisi konstruksi di Jatim juga mencatatkan adanya peningkatan realisasi pengadaan semen yakni 9,35 persen (Yoy) karena ada beberapa proyek strategis nasional yang sedang berjalan seperti pembangunan Bandara Dhoho, dan Bendungan Semantok Nganjuk.
“Di sisi otomotif, Gaikindo mencatat ada peningatan penjualan mobil secara nasional sebesar 22 persen di sepanjang Januari - September. Di awal kuartal III juga ada momen liburan yang mendorong kenaikan penumpang angkutan kereta, kapal dan pesawat seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk, bahkan ada pemberangkatan jamaah haji,” imbuhnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim, Eddy Widjanarko mengatakan pertumbuhan ekonomi hingga kuartal III/2022 ini sebenarnya sudah cukup bagus, tetapi pengusaha masih cukup khawatir dengan adanya isu resesi dunia tahun depan.
“Sebagai contoh untuk industri sepatu, garmen, tekstil dan furnitur di kuartal IV/2022 dan kuartal I/2023 diperkirakan ada penurunan permintaan karena toko-toko dan buyer masih over stock. Ini karena industri terpengaruh isu resesi, dan adanya kenaikan suku bunga sehingga semua investasi dan pembelian barang, banyak yang merasa ragu, dan pengusaha condong untuk menyimpan uangnya,” jelasnya.
Agar mampu menjaga perekonomian di tengah tantangan resesi tersebut, kata Eddy, pemerintah diharapkan mempercepat penyaluran jaringan pengaman sosial untuk masyarakat yang membutuhkan, serta mempercepat pembangunan agar banyak orang yang bekerja, termasuk menggencarkan penggunaan produk dalam negeri sendiri.
Adapun pada kuartal III ini, Jatim telah berkontribusi terhadap perekonomian nasional yakni sebanyak 25,51 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi secara kumulatif di Pulau Jawa yakni Jawa Barat 5,78 persen, Banten 5,47 persen, Jatim 5,53 persen, DKI Jakarta 5,40 persen, Jateng 5,35 persen dan DI Yogyakarta 4,68 persen.