Bisnis.com, SURABAYA — Produktivitas cabai rawit di Jawa Timur dalam beberapa minggu terakhir ini mengalami penurunan 30 persen dengan rerata produksi saat ini mencapai 8 ton/ha.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim, Nanang Triatmoko mengatakan penurunan produktivitas terjadi karena disebabkan oleh anomali cuaca yang menyebabkan tanaman layu dan penyakit antraknosa sehingga produksinya hanya mampu mencapai 8 ton/ha.
“Berbeda dengan produktivitas tanaman cabai merah besar yang saat ini tidak ada kendala sehingga panennya rata-rata mencapai 10 ton/ha,” katanya kepada Bisnis, Senin (10/10/2022).
Selain mengalami penurunan produktivitas untuk cabai rawit, lanjut Nanang, harga jual di tingkat petani juga cenderung mengalami penurunan baik untuk rawit maupun cabai merah besar. Rata-rata harga jual di tingkat petani pada pekan lalu untuk cabai merah besar adalah Rp20.000/kg, dan untuk cabai rawit Rp34.000/kg.
“Penurunan harga terjadi karena waktu itu di Jakarta ada hujan, dan barang masih banyak di pasar belum terserap konsumen dengan baik. Namun harga tersebut masih di atas Harga Pokok Produksi (HPP) petani sehingga petani masih untung,” jelasnya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, per 10 Oktober 2022 harga komoditas cabai rawit di Jatim rerata Rp43.508/kg, harga tertinggi terjadi di Kota Batu Rp54.750/kg dan terendah di Bondowoso Rp31.750/kg.
Baca Juga
Jika dibandingkan dengan kondisi harga pada pekan lalu harga cabai rawit saat ini telah mengalami penurunan, yakni pada 3 Oktober 2022 rerata mencapai Rp52.928/kg, tertinggi terjadi di Magetan Rp63.333/kg dan terendah terjadi di Jombang Rp40.000/kg.
Sementara untuk harga cabai merah besar per 10 Oktober 2022 yakni Rp37.796/kg, tertinggi terjadi di Kota Batu Rp47.750/kg dan terendah terjadi di Situbondo dan Sumenep Rp30.000/kg. Bila dibandingkan dengan pekan lalu, harga cabai merah besar saat ini sedikit mengalami kenaikan, karena pada 3 Oktober harganya rerata Rp35.316/kg.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan kinerja Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2022 mengalami kenaikan 0,63 persen dibandingkan Agustus 2022 yakni menjadi 103,98 yang berarti petani mengalami keuntungan dari hasil yang diperoleh karena angka NTP berada di atas 100.
“Kenaikan NTP terjadi pada subsektor Tanaman Pangan yang naik 1,48 persen menjadi 102,73, serta tanaman hortikultura yang naik 0,97 persen yakni menjadi 115,51,” ujarnya.