Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Daulat Pangan 2025: Petani Sumberngepoh Konsisten Tanam Padi Organik

Petani Desa Sumberngepoh yang tergabung Kelompok Tani Sumber Makmur II, konsisten menanam padi organik dengan varietas lokal.
Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur II, Kemin Hardianto, tengah menghalau burung pada lahan sawah miliknya. Bisnis/Andik Susanto
Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur II, Kemin Hardianto, tengah menghalau burung pada lahan sawah miliknya. Bisnis/Andik Susanto

    Bisnis.com, MALANG — Petani Desa Sumberngepoh, Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim), yang tergabung Kelompok Tani Sumber Makmur II, konsisten menanam padi organik dengan varietas lokal untuk melindingi warisan alam serta menjaga lingkungan sejak 2014.

    Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur II, Kemin Hardianto, mengatakan petani di Desa Sumberngepoh menanam varietas padi lokal, Genjah Rawe dan Gundil Wesi.

    Dua varietas padi tersebut dinilai mempunyai keunggulan yang kompetitif daripada varietas padi lainnya.

    "Berasnya lebih pulen, panjang, dan rasanya lebih manis. Kualitas beras premium," ucap Kemin Hardianto kepada Tim Jelajah Daulat Pangan 2025 di Malang, Kamis (12/6/2025).

    Karena itulah, ketika dilatih mengikuti Sekolah Lapangan Pengendali Hama Terpadu, Kemin dan kawan-kawan antusias mengikutinya.

    Dalam pelaitihan itu, petani di Desa Sumberngepoh diperkenalkan dengan konsep kawan dan lawan petani, juga praktik membuat pupuk organik.

    "Uji coba dilaksanakan pada lahan seluas 5 hektare. Hasilnya kami dinyatakan lulus mendapatkan sertifikat sehingga budidaya padi organik dimulai beberapa tahun kemudian," ujarnya.

    Dalam mengembangkan budidaya padi organik, kata dia, instansi yang membina antara lain Bank Indonesia Malang sejak 2018. 

    Dengan melaksanakan pertanian ramah lingkungan, dia menilai, petani ikut menjaga linkungan dan pelestarian alam.

    Selain itu juga dapat melindungi keberadaan padi varietas lokal yang unggul yakni Genjah Rawe dan Gundil Wesi.

    Kemin mengatakan bahwa anggota Poktan Sumbermakmur II saat ini sebanyak 77 petani dengan luas lahan 40 hektare.

    Lahan seluas itu, yang 100% melaksanakan pertanian organik seluas 15 hektare, sedangkan sisanya 10 hektare semi organik dan 15 hektare masih konvensional.

    Secara bisnis, Kemin menyebut menerapkan pertanian organik sebenarnya menguntungkan seperti halnya pupuk. Untuk tahun pertama memang butuh investasi, namun selanjutnya lebih murah.

    Petani juga diiniasi untuk menggunakan pupuk organik cair hasil penelitian dari Tim Pusat Sains dan Rekayasa (PSR) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Malang (UM) yang lebih memudahkan petani.

    "Kami juga menginiasi membangun rumah kompos untuk gudang bahan-bahan pupuk dan memprosesnya di kompleks persawahan. Rumah kompos ternyata memudahkan petani karena tidak perlu membawa pupuk dari rumah," ujarnya.

    Jelajah Daulat Pangan 2025: Petani Sumberngepoh Konsisten Tanam Padi Organik

    Ketua Kelompok Tani Sumber Makmur II, Kemin Hardianto, tengah mengecek bahan baku pupuk organik di rumah kompos miliknya. Bisnis/Andik Susanto

    Saat ini, produktivitas pertanian organik mencapai 5,5 ton-7 ton/hektare. Harga beras organik Rp2.000/kg lebih tinggi daripada harga beras non-organik premium.

    Dia optimistis, luasan lahan persawahan organik bisa bertambah menjadi 25 hektare. 

    Untuk mendorong petani agar senang menanam padi organik, Kemin mengatakan perlu adanya insentif dari pemerintah. Dengan demikian produksi padi diharapkan bisa meningkat lagi.

    Selain itu dia berharap harga padi organik bisa lebih kompetitif, setidaknya ada kepastian dalam menjual produknya.

    "Saat ini kami dibantu pemasaran antara lain oleh BI, Koperasi Wanita, dan Koperasi Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Malang," ujarnya.

    Masalah yang kerap menyulitkan pengembangan pertanian organik adalah regenerasi petani. Mayoritas petani saat ini berusia tua, sedangkan anak-anak muda kurang tertarik turun ke sawah.

    "Karena itulah, perlu dibuat iklim bahwa bertani untuk menyenangkan dan mudah sekaligus memberikan penghasilan yang baik. Contohnya, untuk sampai ke sawah dapat dicapai dengan menggunakan motor. Karena itu pula, di sawah perlu dibangun jalan setapak yang bisa dilewat motor. Saya sudah mengusulkan hal itu lewat pemanfaatan Dana Desa tapi masih belum berhasil," ujarnya.

    Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedy Prasetyo, mengatakan Poktan Sumber Makmur II yang berlokasi di Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang telah menjadi binaan BI sejak tahun 2018. 

    Menurutnya, berbagai pendampingan telah dilakukan untuk menjaga kualitas dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi kelompok tani, di antaranya pelatihan pembuatan pupuk organik, peningkatan kapasitas dan implementasi digital farming, pemberian lantai jemur, penguatan kelembagaan poktan, hingga diversifikasi produk olahan. 

    Penerapan pertanian organik sudah dilakukan sejak 2014 dan kini telah memiliki sertifikat organik dari Lembaga Sertifikat Organik Seloliman (LESOS), sebuah lembaga sertifikasi organik independen.

    Dia menegaskan, Poktan Sumber Makmur II menjadi pelopor dalam pertanian organik, sesuai dengan visinya yakni "Meningkatkan usaha tani dalam membangun jiwa dan perilaku petani dalam budidaya tanaman pangan yang sehat dan berkelanjutan". 

    "Ke depan kelompok ini akan terus didorong untuk menerapkan praktik pertanian organik, dan memasarkan hasil penjualan pertanian organik melalui marketplace untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal," kata dia.

    Dia menegaskan, dukungan dari BI selain terkait integrated eco farming juga perangkat digital farming berupa alat sensor cuaca yang dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi kegiatan pemupukan lahan.

    Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Kabupaten Malang, Avicenna, mengatakan pihaknya mendorong petani untuk menigkatkan pememanfaatan pupuk organik karena ramah lingkungan dan sumber raw material yang banyak tersedia di sekitar. 

    Menurutnya, pupuk organik sangat bagus untuk menjaga kesuburan tanah sehingga dapat menciptakan pertanian berkelanjutan dan pertanian organik ini juga bisa menambah pendapatan petani karena bisa diintegrasikan dengan peternakan sebagai salah satu penghasil bahan pembuatan pupuk organik.

    "Saat ini pertanian organik padi masih sebatas di Sumberngepoh. Kami berharap daerah lain juga dapat mengembangkan pertanian padi organik," ujarnya. 


    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

    Penulis : Choirul Anam
    Bisnis Indonesia Premium.

    Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

    Artikel Terkait

    Berita Lainnya

    Berita Terbaru

    Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

    Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

    # Hot Topic

    Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

    Rekomendasi Kami

    Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

    Foto

    Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

    Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper