Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penggunaan Bahan Bakar Biomassa di PLTU Paiton 1-2 Meningkat 30 Persen

Total produksi energi hijau yang dihasilkan PJB hingga 1 September 2022 sudah mencapai 140,62 GWh.
Proses pencampuran bahan bakar batu bara dengan biomassa serbuk kayu untuk Co-Firing di PLTU Paiton 1-2. Dok. PJB
Proses pencampuran bahan bakar batu bara dengan biomassa serbuk kayu untuk Co-Firing di PLTU Paiton 1-2. Dok. PJB

Bisnis.com, SURABAYA — PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) terus menambah pasokan listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan meningkatkan porsi bahan bakar biomassa co-firing sebesar 30 persen di PLTU Paiton 1-2.

Direktur Operasi II PJB, Rachmanoe Indarto mengatakan co-firing atau proses pencampuran bahan bakar PLTU berupa batu bara dengan biomassa yang lebih ramah lingkungan ini sudah pernah dilakukan di PLTU Paiton 1-2 dengan porsi biomassa 6 persen pada Juli lalu.

“Kemudian sekarang kita melanjutkan uji coba pengembangan EBT menuju target porsi atau High Co-firing Ratio (HCR) hingga 30 persen dengan beban 360 MW selama 16 jam menggunakan biomassa serbuk kayu sebanyak 960 ton,” ujarnya, Senin (5/9/2022).

Dia mengatakan selama pengujian, tidak ditemukan anomali parameter operasional unit dan beban 360 MW dapat terjaga tetap stabil. Dengan berhasilnya uji HCR 30 persen in, maka energi hijau dari PLTU Paiton ini bisa dimaksimalkan hingga 108 MW. 

“Kenaikan porsi biomassa pada PLTU ini telah meningkatkan pasokan listrik dari EBT 108 MW), bahkan tidak menambah belanja modal (capex) untuk meningkatkan kapasitas tersebut,” ujarnya.

Menurutnya, metode co-firing PLTU ini dinilai lebih efisien dalam mendukung capaian EBT dibandingkan dengan investasi membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Capacity Factor (CF) 15. Untuk bisa menghasilkan energi hijau seperti PLTU dengan CF, dibutuhkan sebanyak 540 MW PLTS baru.

“Nah untuk bangun PLTS 540 MW, kita butuh lahan 540 hektare, dan capex Rp6,5 triliun. Namun dengan uji HCR 30 persen tanpa capex ini sudah bisa meningkatkan bauran EBT,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, biomassa yang digunakan juga memiliki kelebihan dalam pembakaran yang lebih optimal lantaran memiliki zat aktif yang menghasilkan energi panas 2 kali lebih besar dibandingkan batu bara, atau disebut volatile matter.

“Begitu juga dari aspek lingkungan, biomassa ini memiliki kadar sulfur yang jauh lebih rendah dari batu bara sehingga mampu mereduksi emisi sulfur oxida (Sox) pada gas buan. Selain itu kadar abu dari sisa pembakaran biomassa juga lebih ramah lingkungan,” imbuhnya.

Adapun hingga saat ini PJB telah berhasil melaksanakan Go-Live komersil co-firing di 14 PLTU. Total produksi energi hijau yang dihasilkan hingga 1 September 2022 sudah mencapai 140,62 GWh. Capaian tersebut meningkat dibandingkan energi hijau yang dihasilkan pada 2021 sebesar 140,49 GWh.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Peni Widarti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper