Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sapi Terinfeksi PMK di Kab Malang Bertambah Jadi 14.202 Ekor

Sapi yang terinfeksi PMK kan mulutnya sakit sehingga malas makan. Dampaknya, otomatis produksi susu terganggu, turun.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) meninjau ketersediaan hewan kurban menjelang Idul Adha di tempat penggemukan sapi, Desa Babatan, Nganjuk, Jawa Timur, Senin (20/6/2022). Menjelang Idul Adha ketersediaan hewan kurban di Jawa Timur dipastikan mencukupi dan tidak perlu mendatangkan hewan kurban dari luar daerah yang berpotensi menularkan penyakit mulut dan kuku (PMK)./Antara-Prasetia Fauzani.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) meninjau ketersediaan hewan kurban menjelang Idul Adha di tempat penggemukan sapi, Desa Babatan, Nganjuk, Jawa Timur, Senin (20/6/2022). Menjelang Idul Adha ketersediaan hewan kurban di Jawa Timur dipastikan mencukupi dan tidak perlu mendatangkan hewan kurban dari luar daerah yang berpotensi menularkan penyakit mulut dan kuku (PMK)./Antara-Prasetia Fauzani.

Bisnis.com, MALANG — Sapi di Kab. Malang yang terinfeksi virus penyakit mulut dan kuku (PMK) bertambah menjadi 14.202 ekor yang didominasi sapi perah, yakni mencapai 90 persen lebih pada posisi Minggu (19/6/2022).

Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kab. Malang, Nurcahyo, mengatakan dengan terus bertambahnya sapi perah yang terinfeksi PMK, maka otomatis akan menurunkan produksi susu.

"Sapi yang terinfeksi PMK kan mulutnya sakit sehingga malas makan. Dampaknya, otomatis produksi susu terganggu, turun, " katanya, Senin (20/6/2022).

Agar kasus PMK tidak terus bertambah, kata dia, maka solusinya harus cepat dilaksanakan vaksinasi sapi. Sapi yang sehat divaksin agar tidak tertular PMK.

Vaksinasi PMK pada sapi, kata dia, sebenarnya telah dimulai di Kab. Malang. Sebanyak 300 ekor sapi perah di Kec. Pujon telah divaksin, Sabtu (18/6/2022) lalu.

Vaksinasi sebanyak itu, kata dia, disesuaikan dengan pasokan vaksin yang datang. Jika dibandingkan dengan populasi sapi yang mencapai 300.000 ekor lebih, maka vaksinasi sebanyak terlalu sedikit.

Oleh karena itulah, dia berharap, pasokan vaksin bisa diperbanyak sehingga vaksinasi bisa massif. Vaksinasi yang massif merupakan jalan keluar agar sapi tidak terinfeksi PMK karena daya imunnya sudah kuat.

Prioritas penanganan vaksin di Kab. Malang, kata Nurcahyo, difokuskan pada sapi perah dan pembibitan. Sapi perah yang sehat perlu segera divaksin karena PMK paling banyak menyerang sapi tersebut.

Pertimbangan lainnya, karena terkait produksi susu. Produksi susu akan terganggu jika sapi perah terkena PMK karena sapi malas dan sulit makan.

Pembibitan sapi juga menjadi prioritas, kata dia, karena menyangkut keberlangsungan populasi sapi. Jika pembibitan sapi gagal karena PMK, maka akan dikhawatirkan menurunkan populasi sapi.

"Jadi sapi yang sehat perlu segera divaksin. Karena itulah kami meminta pada pemerintah, baik pusat maupun provinsi, segera memasok vaksin dalam jumlah banyak sehingga vaksinasi bisa dilakukan secara massal," ujarnya.

Idealnya, vaksinasi dilakukan terhadap total populasi sapi di Kab Malang yang berjumlah 300.000 ekor lebih. Dari jumlah itu, 87.000 ekor merupakan sapi perah.

Lebih ideal lagi, kata dia, kambing, kerbau, dan babi juga divaksin karena berpotensi terinfeksi PMK.

"Jalan pamungkas yang efektif terhadap merebaknya PMK lewat vaksinasi. Jalan lain lain sulit, terutama menghindari penularan PMK lewat udara," ucapnya. (K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper