Bisnis.com, SURABAYA - Provinsi Jawa Timur pada kuartal III/2021 mencatatkan kinerja investasi mencapai Rp18 triliun atau meningkat 15,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan meski masih dalam situasi pandemi, Jatim ternyata masih mampu mencatatkan kinerja investasi yang positif, bahkan angka pertumbuhannya melebihi kinerja investasi nasional 3,7 persen.
“Kontribusi Jatim terhadap realisasi investasi nasional di kuartal III ini sebesar 8,3 persen. Capaian ini harus banyak disyukuri karena Indonesia belum lepas dari situasi sulit akibat pandemi,” katanya, Selasa (2/11/2021).
Dia menjelaskan dari realisasi investasi kuartal III tersebut, sebanyak Rp5,4 triliun disumbang oleh Penanaman Modal Asing (PMA), dan sebanyak Rp12,5 triliun disumbang oleh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
“Investasi asing di Jatim mengalami pertumbuhan positif sebesar 41,4 persen dibandingkan kuartal II/2021. Capaian ini bisa memberikan angin segar bagi tingkat kepercayaan calon investor asing untuk menanamkan modalnya di Jatim,” ujarnya.
Secara kumulatif sejak Januari - September 2021, total realisasi investasi di Jatim tercatat mencapai Rp52,7 triliun. Dari jumlah itu sebanyak Rp36,4 triliun merupakan PMDN, dan sebanyak 16,3 triliun berasal dari PMA.
Baca Juga
“Dengan capaian kumulatif itu, Jatim menduduki posisi ketiga setelah Jawa Barat Rp107,2 triliun dan DKI Jakarta Rp72,5 triliun,” imbuhnya.
Adapun dari kinerja investasi itu, untuk investasi PMDN banyak didominasi oleh investasi sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran dengan kontribusi sebesar 52,6 persen, salah satunya dilakukan oleh PT Mitrakarya Multiguna yang menanamkan modal sebesar Rp1,4 triliun di Kota Surabaya.
Untuk PMA, investasi lebih didominasi oleh sektor pertambangan dengan kontribusi 26,4 persen, salah satunya oleh PT Freeport Indonesia dengan investasi total Rp1,4 triliun di Kabupaten Gresik.
Sementara untuk periode kuartal III ini, investasi Jatim didominasi oleh sektor industri makanan dengan nilai Rp10,5 triliun atau setara 19,9 persen dari total investasi Jatim.
Khofifah mengatakan investasi Jatim sejauh ini memang masih terkonsentrasi di zona Ring I yakni Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kota dan Kabupaten Mojokerto dan Kota serta Kabupaten Pasuruan.
“Hal ini menuntut adanya upaya penguatan iklim investasi di zona luar Ring I agar terjadi pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.
Khofifah pun meminta pemerintah kota/kabupaten untuk terus melakukan berbagai inovasi agar layanan perizinan usaha diberikan kemudahan untuk mendorong kinerja investasi.
“Setiap permasalahan yang dihadapi investor harus difasilitasi secara efektif dan efisien, sekarang juga sudah ada IPRO (Investment Project Ready to Offer) untuk menarik minat investor, apalagi potensi Jatim sangat besar dengan terhubungnya jalan tol Trans Jawa,” imbuhnya.