Bisnis.com, JEMBER – Wujud komitmen Bank Indonesia (BI) dalam percepatan pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah terus digalakkan sejak 2014 hingga saat ini. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter dan makroprudensial terus menempuh bauran kebijakan akomodatif secara prinsip syariah untuk mendukung ketahan usaha syariah melalui pemberdayaan ekonomi syariah yang berdasarkan prinsip kemitraan, baik pada UMKM syariah, maupun pada unit ekonomi pesantren yang memiliki potensi besar sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru
Perkembangan sektor ekonomi dan keuangan syariah yang positif tentu perlu mendapat perhatian dan dukungan untuk berkembang maksimal dalam berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai upaya pengembangan EKSyar di Indonesia, Bank Indonesia (BI) bersama Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) dan berbagai stakeholders domestik lainnya serta stakeholder Internasional akan menyelenggarakan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF), sebuah event ekonomi dan keuangan syariah terbesar di Indonesia, bahkan di level internasional, yang akan digelar pada 27 September hingga 3 Oktober 2021 mendatang.
“Dalam rangka pengembangan ekonomi dan keuangan syariah khususnya di wilayah Sekarkijang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember melaksanakan kegiatan Road to Fesyar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember sebagai rangkaian kegiatan ISEF tahun ini, kegiatan ini merupakan kesinambungan dari kegiatan webinar Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) yang telah dilaksanakan di regional : Kawasan Indonesia Timur, Kalimantan dan Sumatera” kata Kepala Perwakilan BI Jember, Hestu Wibowo, pada Opening Ceremony Road to Fesyar KPw BI Jember, Selasa (21/9/2021).
Rangkaian kegiatan Road to FESyar Jember ini diawali dengan kegiatan opening ceremony, webinar, talkshow, business coaching, kurasi, business matching dan promosi halal food produk kopi sekarkijang, lomba vlog edukasi ekonomi dan keuangan syariah, serta closing ceremony.
Di samping itu, akan juga diselenggarakan fashion show, yakni “Banyuwangi Muslim Festival” bersama pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang akan melibatkan klaster batik yaitu Kelompok Pembatik Sekar Jagad Blambangan Banyuwangi serta Komunitas Designer Banyuwangi (KDB) pada Oktober 2021 mendatang.
“Tujuan penyelenggaraan Road to FESyar Jember ini, yakni untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat terkait dengan potensi ekonomi dan keuangan syariah dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui berbagai sarana, diantaranya melalui optimalisasi zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) yang perlu didorong pemanfaatannya untuk mendukung kesejahteraan umat,” katanya.
Selain itu, untuk membangun sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, pondok pesantren, serta akademisi dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Pertimbangan lainnya, untuk mengembangkan usaha syariah secara holistic terutama di bidang food & fashion, integrated farming, renewable energy, dan halal tourism; dan untuk mengembangkan kemandirian ekonomi pesantren.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim Budi Hanoto menegaskan dalam sambutannya bahwa pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, perlu langkah sinergi dari berbagai pemangku kepentingan, karena peluang dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia sangat besar.
Tantangan ditengah pandemi Covid-19 berdampak multi dimensi dimana terjadi pelemahan perekonomian secara global dan nasional, termasuk ekonomi syariah, dengan mayoritas penduduk muslim di Indonesia, diharapakan mampu menciptakan lingkungan yang produktif dengan terus meningkatkan produktivitas sehingga mencegah terjadinya pertambahan pengangguran.
“Kuncinya, terciptanya sinergi yang berkelanjutan,” ucapnya.
Secara makro, kata Hestu, berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2019/2020, menunjukkan bahwa kontribusi umat Islam terhadap gaya hidup halal di dunia sebesar US$2,2 triliun pada 2018, sedangkan sektor keuangan Islam mencapai USD 2,5 triliun.
Untuk produk makanan dan minuman, umat Islam membelanjakan US$ 1,369 triliun, diikuti oleh produk pakaian (fashion) sebesar US$ 283 miliar, media dan entertainment mencapai US$220 miliar, bisnis travel dan pariwisata sebesar US$189 miliar, dan belanja produk farmasi dan kosmetik sebesar US$92 miliar dan US$64 miliar.
“Besarnya kontribusi belanja produk halal bagi umat Islam di dunia, ditengarai menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi dunia saat ini. Berdasarkan laporan tersebut, diproyeksikan masing-masing sektor akan meningkat seiring dengan permintaan produk halal dunia,” katanya.
Menurut dia, potensi ekonomi syariah global yang berkembang pesat memicu berbagai negara di dunia untuk berlomba-lomba memanfaatkan peluang yang ada dan berupaya menjadi pemain utama dalam industri halal global.
Fokus pengembangan industri halal yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ini juga menjadi strategi berbagai negara yang bukan merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim. Di antara negara-negara tersebut, diantaranya terdapat Tiongkok sebagai eksportir baju muslim tertinggi ke Timur Tengah.
Secara sektoral, Indonesia masuk dalam Top 10 Player pada sektor Halal Food, Islamic Finance, Muslim Friendly Travel, dan Modest Fashion (berdasarkan SGIE 2020/2021). Kondisi ini mencerminkan besarnya peluang bagi sektor industri halal dan keuangan syariah Indonesia untuk mengambil posisi lead, bukan hanya sebagai target pasar.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, ditambah dengan bonus demografi (periode 2030 – 2045) yang 70 persen populasinya berada pada usia produktif, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam industri halal global.
Pasar industri halal yang besar dan terus berkembang ini merupakan peluang bagi pelaku industri halal nasional untuk mendorong produksinya.
Peningkatan produksi produk halal, salah satu diantaranya di bidang food dan fashion diharapkan dapat lebih banyak memenuhi permintaan pasar domestik sehingga dapat mensubstitusi produk impor.
Foto: FESyar BI Jember (dok. Bank Indonesia)
Disamping memenuhi pasar domestik, ke depan produk food dan fashion ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan ekspor produk halal Indonesia ke pasar global.
Potensi ini jugalah, kata Hestu, yang mendorong kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember untuk turut berpartisipasi dalam mengembangkan halal food dan fashion.
Halal food dan fashion merupakan industri yang berkembang dengan cukup pesat. Karenanya, untuk meningkatkan kualitas dari produk Halal food dan fashion, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember melakukan berbagai pengembangan pada bidang tersebut secara keseluruhan diantaranya peningkatan kapasitas, penguatan branding, penguatan marketing, dan perluasan pasar dalam dan luar negeri.
“Sinergi yang berkesinambungan antara pihak-pihak yang berkepentingan, saya yakini dapat mempercepat pengembangan ekonomi syariah di Indonesia khususnya di Jember,” ujarnya.
Dia menegaskan, terpenuhinya kebutuhan produk halal oleh produk dalam negeri, peningkatan ekspor produk halal, dan peningkatan kinerja di sektor keuangan syariah menjadi indikator-indikator yang harus dicapai bersama-sama.
Anggota Komisi XI DPR-RI, Charles Meikyansyah, berharap negara Indonesia dapat menjadi pemain global ekonomi syariah dan menjadi eksportir produk halal global.
Menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi yang menjanjikan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Penduduk muslim Indonesia telah mencapai 207 juta jiwa atau mewakili 13 persen dari seluruh populasi muslim di seluruh dunia serta total belanja produk domestik yang terus bertumbuh hingga US$218,8 miliar hanya pada 2017 atau sekitar 22 persen terhadap total PDB Indonesia.
Idealnya, kata dia, Indonesia dapat berperan sebagai produsen utama industri halal nasional dalam negeri yang dapat diandalkan sebagai alternatif pengganti barang-barang impor.
Merebaknya pandemi Covid-19, kata dia, memberikan tantangan yang sangat luar biasa bagi perekonomian dunia dan juga Indonesia.
Meskipun Pandemi Covid-19 berdampak kepada multidimensi, namun fakta membuktikan bahwa sektor ekonomi dan keuangan syariah Indonesia justru memiliki potensi sebagai sumber pertumbuhan baru.
“Sektor ekonomi dan keuangan syariah sekali lagi memiliki peran yang sangat penting dalam masa pandemi Covid-19 yang berperan dalam penanggulangan dan pemberdayaan umat di saat daya beli masyarakat mengalami penurunan yang sangat signifikan,” ucapnya.
Penyaluran bantuan langsung yang berasal dari zakat, infak dan sedekah dengan potensi zakat di Indonesia yang mencapai Rp217 triliun dalam setahun, dapat menjadi daya beli dan konsumsi masyarakat yang secara produktif dapat ditunjukan untuk mendukung daya tahan usaha ultra mikro dan mikro serta untuk penyediaan sarana kesehatan dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19.
Namun demikian, potensi besar penghimpunan zakat belum sejalan dengan Realisasi di lapangan, serapan realisasi penghimpunan zakat di Indonesia baru mencapai antara 1 hingga 2% dari potensi tersebut artinya masih dapat terdapat potensi zakat yang sangat besar yang dapat dioptimalkan
“Dapat dibayangkan bahwa potensi dana zakat sebesar Rp217 triliun bila terkumpul akan sangat membantu dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi mengentaskan kemiskinan bahkan mendorong Indonesia menjadi pusat keuangan syariah dunia dan ini merupakan cita-cita luhur sesuai dengan keinginan para founding fathers kita,” ucapnya.
Karena itulah, dia berharap, pengembangan sektor ekonomi dan keuangan syariah perlu mendapat perhatian dan dukungan untuk berkembang maksimal dalam berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, mengatakan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Karena itulah, Pemkab Banyuwangi merespon dengan menyiapkan infrastruktur tersedianya produk dan jasa halal seperti pengembangan produk makanan minuman halal, fesyen halal, dan pariwisata halal.
Foto: FESyar BI Jember (dok. Bank Indonesia)
“Halal juga perlu diimbangi dengan kualitas produk. Karena itulah, kami bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember memberikan kurasi bagi pembatik asal Banyuwangi dari desainer kondang nasional,” katanya.
Ketua Bidang Pengembangan Zakat dan Wakaf Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Prof Dian Masyita, mengatakan instrumen penggunaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebenarnya dananya bisa digunakan untuk mengentaskan kemiskinan, meski perlu kerja keras dan tekun. Eksperimen itu telah berhasil dilakukan Rumah Zakat.
Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Prof Raditya Sukmana, menilai pemanfaatan wakaf sebenarnya bisa dilakukan untuk hal-hal yang produktif dan berkesinambungan untuk pengembangan ekonomi umat. Tidak melulu untuk kegiatan pembangunan masjid, madrasah, dan makam.
Sementara itu, dalam Business Matching dalam rangkaian kegiatan tersebut, berhasil disepakati penjualan produk UMKM, terutama kopi, senilai Rp15,63 miliar. Adapun jumlah peserta yang mengikuti kegiatan selama 2 hari tersebut mencapai 873 orang dari seluruh Indonesia.
Dalam kegiatan tersebut dilakukan kurasi oleh ahli dari 5758 COFFE LAB Bandung. Adi W. Taroepratjeka dan Mbak Mia Lakhsmi, kurator kopi dari lembaga tersebut, menilai kopi dari wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember menarik dan kaya. Namun harus diperhatikan proses sehingga benar-benar menjadi produk specialty.
Sedangkan Ketua Dewan Pembina Icom Halal Center, Edi Purwanto, dan Ketua LPPOM MUI Jatim, Siti Nur Husnul Yusmiati, memberikan penjelasan bagi UMKM terkait proses mendapatkan sertifikat halal.
CEO PT Yukbisnis Indonesia, Jaya Setiabudi, dan artis dan pelaku usaha, Dhini Aminarti, memberikan motivasi dan kiat-kiat bagaimana memulai berbisnis bagi UMKM terkait pentingnya bisnis produk halal yang justru membawa berkah.