Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di Jatim tahun depan bakal kembali ke kondisi normal sekitar 5,3 persen - 6,3 persen terutama jika didorong masuknya investasi asing.
Kepala BI Jatim, Difi Ahmad Johansyah mengatakan kunci pemulihan ekonomi sinergi berbagai elemen dari pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Dari sisi pemerintah juga telah mewujudkan percepatan realisasi anggaran kuartal III/2020 melalui belanja pemerintah Jatim sudah mencapai 65 persen lebih tinggi dari provinsi lain.
“Mudah-mudahan di sisa waktu kuartal IV ini, Jatim bisa menjaga daya beli dan konstruksi terus berjalan,” katanya dalam Pertemuan Tahunan BI secara virtual, Kamis (3/12/2020).
Dia mengatakan untuk kuartal IV/2020 sendiri diproyeksikan akan ada pertumbuhan sekitar 0 persen atau setidaknya tumbuh ke arah positif dibandingkan kondisi kuartal III/2020 yang masih terkontraksi -3,75 persen (mtm).
“Karena ada kontraksi, maka ada semacam gap yang harus diisi dengan proyek strategis, lalu ada investasi masuk untuk jangka menengah panjang. Untuk jangka pendek masih ada kapasitas terpasang yang space nya perlu dikejar. PR kita adalah menaikkan demand pasar bisa melalui sektor pariwisata, hotel dan restoran, serta perdagangan antar daerah,” jelas Difi.
Dia menambahkan percepatan pemulihan ekonomi juga akan lebih tinggi jika ada PMA yang masuk. Untuk itu diperlukan kebijakan sinergi yang mendukung kemudahan investasi yang ingin masuk.
Baca Juga
BI Jatim sendiri, katanya, akan terus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak guna mendorong masuknya PMA dan PMDN, di samping mendorong pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam jangka panjang.
“Sejumlah sektor usaha yang cocok didorong untuk masuk dan memiliki multiplier effect yang besar terhadap PDRB adalah sektor industri kertas, makanan dan minuman, tembakau, perikanan, kayu, karet dan pertanian,” imbuhnya.