Bisnis.com, SURABAYA - Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (Gaeki) Jawa Timur menyebut tren ekspor kopi Jatim di kuartal III tahun ini bisa mencapai 15.871 ton atau US$36,2 juta meningkat dibandingkan 24 persen dari kuartal II sebesar 12.780 ton atau US$25,1 juta.
Ichwan Nursidik, Sekretaris Gaeki Jatim, mengatakan peningkatan ekspor tersebut sejalan dengan kondisi pandemi yang paling terdampak pada kuartal II/2020 atau saat banyak negara menerapkan lockdown.
“Memang volume ekspor pada kuartal I/2020 itu masih dalam rangka memenuhi kontrak-kontrak yang lama sehingga lumayan tinggi,” katanya, Senin (26/10/2020).
Sementara itu pada kuartal III, lanjutnya, sudah merupakan kontrak baru sejalan dengan permintaan kopi dari luar negeri yang sebelumnya juga sedang turun.
Ichwan pun memprediksi di kuartal IV tahun ini masih akan terjadi peningkatan ekspor sejalan dengan mulai banyaknya kafe/restoran yang kembali membuka usahanya.
Berdasarkan data Gaeki Jatim, ekspor kopi Jatim pada kuartal I/2020 mencapai 15.192 ton atau US$33,5 juta, jumlah itu naik 6 persen jika dibandingkan kuartal yang sama 2019 yang mampu mencapai 14.373 ton.
Sementara pada kuartal II/2020 tercatat mencapai 12.780 ton ton atau US$25,1 juta meningkat tipis 1 persen dibandingkan kuartal II/2019 yang mencapai 12.695 ton.
Sedangkan pada kuartal III/2020 mencapai 15.871 ton atau US$36,2 juta ton, jumlah tersebut anjlok 14 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 18.455 ton atau US$39,9 juta.
“Secara kumulatif sepanjang Januari – September 2020, total ekspor kopi kita mencapai 43.843 ton atau US$94,8 juta,” imbuhnya.
Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jatim, Tjahjono Haryono mengatakan kondisi usaha kafe kopi dan restoran di Jatim saat ini sudah terus menunjukan peningkatan, bahkan sejumlah pengusaha berani untuk ekspansi ke beberapa pusat perbelanjaan.
“Pergerakan food and beverage yang berada di dalam mal kini sudah mencapai 60 persen omsetnya, sedangkan yang model standing alone sudah meningkat menjadi 70 persen. Ini menandakan dari sisi ekonomi menunjukan kondisi positif yang dimulai sejak PSBB tidak ada lagi,” imbuhnya.