Bisnis.com, SURABAYA – Pengembangan wisata berbasis pedesaan atau Desa Wisata di Jawa Timur dinilai masih memiliki potensi di tengah pandemi setidaknya untuk menggerakkan sektor usaha terkecil.
Pembina Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jatim, Bambang Priambodo mengatakan BPPD telah melakukan berbagai kegiatan promosi digital untuk menggerakkan sektor usaha pariwisata terutama desa wisata yang berdampak pada usaha mikro dan kecil.
“Kegiatan promosi wisata kami lakukan setiap tahun, bahkan saat pandemi secara digital. Kita juga undang teman-teman EO atau WO, contohnya untuk mempromosikan Gunung Kelud yang bagus untuk foto pre-wedding, termasuk promosi akomodasi makanan dan hotelnya,” katanya, Senin (5/10/2020).
Bambang yang juga Ketua Komite Tetap Promosi Pariwisata Kadin Jatim itu mengatakan dalam mengembangkan desa wisata, pelaku usaha memang perlu membuat konsep yang menghadirkan pengalaman bagi pengunjungnya.
“Sebagai contoh wisata batik, di sana pengunjung bisa ikut membatik dan menulis namanya di kain lalu dibawa pulang. Nah ini suatu pengalaman buat mereka, ada nilai yang didapat,” katanya.
Bambang menambahkan saat ini konsep yang sedang didorong adalah membuat paket wisata Funtrip atau paket desa wisata mulai dari homestay, atraksi dan tempat wisata yang bisa dikunjungi.
Baca Juga
Ketua Asosiasi Desa Wisata Indonesia (Asidewi), Andi Yuwono menambahkan dalam pengembangannya diperlukan sinergi dari unsur pentahelix yakni akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah dan media.
“Dengan begitu roda pariwisata bisa terkondisikan secara runut dan terstruktur, dan memiliki keterbukaan dalam saling belajar, mengevaluasi dan memberikan masukan yang membangun antar pelaku wisata,” ujarnya.
Selain itu, yang paling penting adalah setiap desa wisata perlu memiliki magnet tersendiri yang bisa menarik kunjungan. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19, promosi wisata perlu disertai protokol kesehatan sehingga orang tidak takut untuk berkunjung, termasuk ajakan untuk membeli produk lokal buatan UMKM.
“Sebagai contoh di Blitar ada ajakan ‘belabeli’ produk lokal dari hasil pemberdayaan masyarakat sekitar, sehingga pelaku wisata tidak vakum saat pandemi dan roda ekonomi tetap jalan,” katanya.
Data Asidewi menyebutkan, di Indonesia saat ini memiliki 1.302 desa wisata dengan 6 peringkat teratas adalah 138 desa wisata di Jawa Barat, 132 desa wisata di Jawa Tengah, 114 desa wisata di Jawa Timur, 92 di NTT, 87 di Sumatera Utara, dan 57 Yogyakarta.
Posisi desa wisata sendiri berada di lingkup usaha mikro dan kecil, yang tercatat secara nasional ada 63.350.222 unit usaha mikro (98,68 persen dari total usaha) yang menyerap 107.376.540 orang tenaga kerja (89,04 persen), sedangkan usaha skala kecil tercatat ada 783.132 unit (1,22 persen) dan menyerap 5.831.256 orang pekerja (4,84 persen).