Bisnis.com, BLITAR — Pemkab Blitar mengembangkan produksi buah alpukat lokal daerah tersebut, Si Jago, dengan membangun klaster tanaman buah tersebut di Desa Candirejo dan Jagoan, Kec. Ponggok, Kab. Blitar tahun ini.
Kepala Seksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Blitar Hikma Wahyudi mengatakan daerah tersebut sebenarnya mempunyai banyak produk unggulan tanaman hortikultura seperti alpukat. Alpukat dari Kec. Ponggok, Si Jago, mempunyai keunggulan dari alpukat daerah lain.
“Ciri khasnya, satu biji beratnya rerata mencapai 1 kg, serta lebih pulen dan kulitnya mudah dikupas,” katanya di Blitar, Senin (31/8/2020).
Luasan tanaman kluster alpukat mencapai 20 hektare dengan bibit sebanyak 10.000 buah. Tanaman tersebut diproyeksikan mulai panen tiga tahun mendatang.
Sebenarnya, lanjut dia, alpukat tersebut selain alpukat jenis markus dan alligator sudah ditanam warga, namun secara sporadis di hampir seluruh kecamatan di Kab. Blitar dengan memanfaatkan lahan-lahan sempit.
Oleh karena itulah, dari segi pengembangannya komoditas tersebut menjadi lebih sulit, tidak bisa terfokus. Dengan adanya klaster, maka pengembangan dan pendampingan budidaya maupun akses ke pasar menjadi lebih mudah.
Baca Juga
Alpukat lokal asal Kab. Blitar, kata dia, merupakan buah premium. Karena itulah, di tingkat petani alpukat tersebut bisa laku Rp30.000-Rp35.000/kg, sedangkan markus dan alligator Rp40.000/kg, namun hanya diserap pabrikan.
“Nanti di Ponggok dibuat SateJago (Pusat Alpukat Si Jago),” katanya.
Dari sisi budi daya, pembudidayaan tanaman alpukat Si Jago lebih mudah karena tidak menggunakan media ulat untuk berbuah. Untuk berbuah, maka dedaunan rontok sehingga produksinya lebih banyak daripada jika dengan medium ulat.
Pada panen pertama, rerata setiap pohon panen 5-10 buah saja. Namun pada akan terus berkembang sehingga bisa mencapai 50 buah per pohonnya.
Dari sisi serapan pasar, dia meyakinkan, masih potensial. Selama ini, permintaan alpukat asal Kab. Blitar masih tinggi dan tidak dapat terpenuhi karena produksinya terbatas.
Untuk perluasan pasar, maka di Desa Candirejo dan Jagoan nanti dibangun Desa Wisata dengan menjual alpukat dari berbagai aspeknya. Selain pengunjung bisa melakukan memetik alpukat, juga ada produk-produk makanan olahan yang berbasis alpukat.
“Kami sudah ngomong-ngomong dengan kepala desa di dua desa tersebut. Intinya, desa antusias membangun desa wisata berbasis alpukat,” ucapnya.
Desa bisa membangun Desa Wisata yang dibiayai dari Dana Desa. Pengelolaannya nanti bisa dari BUMDes.
Jika pengembangan klaster alpukat di Kec. Ponggok berhasil, maka akan dikembangkan di kecamatan-kecamatan lain di Kab. Blitar, seperti Panggungrejo, Wonotirto, Binangun, Bakung, Wates.
Pengembangan tanaman alpukat di daerah Kab. Blitar bagian selatan selain berdimensi pengembangan ekonomi pertanian, juga ada aspek penyelamatan lingkungan.
“Daerah di Kab. Blitar bagian selatan kan kontur tanahnya banyak yang miring sehingga perlu ada tanaman penahan agar tidak terjadi erosi saat musim penghujan. Tanaman yang cocok a.l alpukat,” katanya.(K24)