Bisnis.com, SURABAYA - Industri makanan dan minuman (mamin) Jawa Timur tak yakin kinerja di semester II/2020 lebih kencang meski kegiatan ekonomi sudah mulai berjalan.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Jatim, Yapto Willy Sinatra mengatakan secara umum di semester I/2020, kinerja industri mamin di Jatim jeblok 50 persen karena adanya pembatasan sosial, penurunan daya beli masyarakat yang berakibat pada menurunnya produktivitas di pabrik.
"Namun ada beberapa jenis mamin yang justru tumbuh di saat pandemi, seperti mi goreng dan minuman yang mengandung vitamin," katanya, Jumat (10/7/2020).
Dia mengatakan di semester II, saat pemerintah mulai menggencarkan new normal, industri Jatim juga belum yakin bisa memacu kinerja yang sempat tertinggal, pasalnya sebagian besar industri masih menerapkan sistem kerja pergantian sif atau mengurangi pekerja sebagai antisipasi penyebaran Covid-19.
"Di samping itu, pemulihan ekonomi masyarakat juga tidak bisa secepatnya di sisa akhir tahun ini. Menurut saya new normal itu bukan suatu keran yang dibuka biar ekonomi berjalan langsung. Jadi kita harus waspada karena kasus Covid-19 juga masih tinggi," katanya.
Yapto menambahkan industri masih mengkhawatirkan kondisi Covid-19 lantaran ketika ekonomi kembali berputar, di sana terdapat pergerakan atau mobilitas orang yang bisa memicu peningkatan kasus Covid-19.
Baca Juga
Bukan hanya faktor Covid-19, tambah Yapto, kondisi industri mamin di Jatim sekarang ini kontribusinya juga berkurang, yang dulunya bisa 30 persen terhadap nasional sekarang tinggal 25 persen.
"Ini karena investasi industri banyak yang masuk di daerah lain seperti Jateng. Saya perkirakan dua tahun lagi, investasi industri mamin maupun non mamin di Jateng bisa melebihi Jatim," imbuhnya.