Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat tren kinerja ekspor Jatim selama kuartal I/2020 masih mengalami pertumbuhan yang cukup baik yakni 15,02 persen dibandingkan periode sama 2019.
Meski dalam kondisi pandemi Covid-19 yang dimulai sejak Maret 2020, tren kinerja ekspor Jatim sepanjang kuartal I ini mencapai US$5,77 miliar. Sedangkan khusus kinerja ekspor selama Maret 2020 saja, tercatat US$1,99 miliar atau masih tumbuh tipis 0,24 persen.
"Dari total kinerja ekspor itu, sebanyak 97,86 persen merupakan ekspor non migas," kata Dadang Hardiwan, Kepala BPS Jatim saat paparan secara virtual, Rabu (15/4/2020).
Dia memaparkan berdasarkan sektor, ekspor yang masih mengalami pertumbuhan yang baik adalah komoditas dari industri pengolahan yang selama Maret mencapai US$1,8 miliar atau naik 2,08 persen dibandingkan Februari 2020.
Sedangkan ekspor yang anjlok pada Maret 2020 adalah dari sektor pertambangan US$4,36 juta atau turun 10,44 persen dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan anjlok 35,74 persen dibandingkan Maret 2019.
"Begitu juga dengan ekspor produk pertanian pada Maret ini mencapai US$131 juta atau turun 0,04 persen dibandingkan Februari, tetapi naik 6,67 persen jika dibandingkan Maret 2019," ujarnya.
Baca Juga
Adapun komoditas yang mengalami kenaikan ekspor adalah lemak dan minyak nabati yakni naik US$18,98 juta, tembaga naik US$16,41 juta, dan pupuk naik US$15,13 juta.
Sementara komoditas ekspor yang turun adalah perabotan dan penerangan rumah turun US$6,87 juta, alas kaki turun US$8,08 juta dan perhiasan permata turun US$50,49 juta.
"Meski nilainya turun, komoditas perhiasan permata, barang kayu serta lemak nabati masih tetap menjadi penyumbang terbesar ekspor kita," imbuhnya.
Negara tujuan ekspor non migas Jatim yang terbesar sepanjang kuartal I ini pun juga masih sama yakni Jepang (13,92 persen), Singapura (13,50 persen), Amerika Serikat (12,18 persen). Di kawasan Asean berkontribusi 24,73 persen dan ke Uni Eropa 6,88 persen.
Dadang menambahkan, berbeda dengan kinerja impor selama kuartal I/2020 justru mengalami penurunan 2,68 persen atau hanya sekitar US$5,42 miliar. Namun jika dibandingkan dengan antar bulan, pada Maret ini nilai impor naik 11,27 persen dibandingkan Februari 2020.
"Tiap sektor berbeda, kalau impor di sektor barang modal ini anjlok 22,76 persen dibanding Februari yang nilainya US$123,45 juta. Sedangkan bahan baku yang naik 11,04 persen atau US$1,5 miliar, dan barang konsumsi justru naik tajam 74,64 persen atau setara US$158,38 juta," imbuhnya.