Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelindo III Bakal Layani Jasa Pandu dan Tunda Kapal di Tiga Selat

Tiga selat tersebut adalah Selat Malaka, Selat Philip dan Selat Singapura.
Kapal petugas melakukan pemanduan dan penundaan kapal di perairan pandu luar biasa Selat Malaka dan Selat Singapura di Batam, Kepulauan Riau, Senin (10/4)./JIBI-Dwi Prasetya
Kapal petugas melakukan pemanduan dan penundaan kapal di perairan pandu luar biasa Selat Malaka dan Selat Singapura di Batam, Kepulauan Riau, Senin (10/4)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, SURABAYA – PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III melalui anak usahanya PT Pelindo Marine Service (PMS) ditunjuk oleh Kementerian Perhubungan untuk memberikan layanan jasa pemanduan dan penundaan kapal di tiga selat perbatasan negara.

Direktur Teknik Pelindo III, Joko Noerhudha mengatakan tiga selat tersebut adalah Selat Malaka, Selat Philip dan Selat Singapura yang merupakan kawasan perairan pandu luar biasa alur pelayaran Traffic Separation Scheme (TSS) karena berbatasan dengan Malaysia dan Singapura.

“Dengan diberikannya SK oleh pemerintah kepada kami, maka melalui PMS dapat dipercaya oleh operator atau agen kapal-kapal internasional untuk menggunakan jasa pandu dan kapal tunda kami untuk melayari selat Malaka dan sekitarnya dengan aman dan selamat,” jelasnya seperti dikutip dalam rilis, Rabu (19/2/2020).

Dia menambahkan, Pelindo III sangat mendorong anak usahanya dalam mengembangkan bisnis di luar captive market salah satunya layanan kapal tunda dan kapal pandu. Selain itu, pemerintah juga telah bergerak untuk membuka peluang bagi industri maritim melalui negosiasi multilateral dalam Forum Tripartitr Expert Group (TTEG) oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Adapun Data Straitrep 2019 menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 2009-2019 arus kapal yang melalui Selat Malaka sekitar 60.000-85.000 unit per tahun dengan nilai ekonomi mencapai Rp45 triliun hanya untuk layanan pandu. Dari jumlah tersebut, baru 300 kapal yang dilayani oleh Indonesia, padahal seharusnya ke depan bisa mencapai 2.000 – 3.000 unit dengan potensi melayani kapal besar seperti very large crude
carrier/tanker (VLCC).

Pengajar maritim ITS Surabaya, Saut Gurning menjelaskan kondisi kurangnya layanan kapal di selat Malaka tersebut belum terlihat oleh Indonesia, padahal sebagian besar melayari jalur di sisi eastbound (wilayah Indonesia) seperti dari Sumatra hingga Natuna.

“Dari sekitar 80.000 kapal saat ini, diperkirakan sekitar 70 persennya dilayani oleh Singapura, karena mereka ada pelabuhan. Maka pelabuhan interport di Indonesia harus terus dikembangkan, misalnya Kuala Tanjung,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper