Bisnis.com, MALANG — Harga cabai meroket pada Januari 2020 dipicu penurunan luas tanam dan produksi.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Jatim Nanang Triatmoko mengatakan petani yang biasanya menanam cabai pada September-November, tidak berani menanam komoditas tersebut karena hujan tidak turun dan cuaca panas.
“Petani banyak yang tidak berani menanam cabai karena takut tanamannya gagal panen,” katanya dihubungi dari Malang, Selasa (28/1/2020).
Pada iklim yang panas, kata dia, ada risiko bagi petani yang menanam cabai. Dengan pasokan air yang berkurang, sehingga memunculkan penyakit pada tanaman, yakni trip dan kutu kebul yang berdampak daun tidak bisa berkembang sehingga tidak bisa berbuah.
“Di daerah tertentu tidak cocok ditanami cabai saat iklim panas, begitu juga jenis cabai tertentu tidak kuat dengan cuaca panas,” ucapnya.
Olek karena itulah, di sentra-sentra produksi cabai di Jatim hanya 50% lahan yang ditanami komoditas pada September-November. Hal itu masih ditambah dengan tingkat keberhasilan tanaman tersebut hanya mencapai 50%.
Baca Juga
Dia mencontohkan di Kab. Kediri. Dari luasan lahan yang mencapai 600 hektare yang biasanya ditanam cabai pada September-November, namun untuk tahun ini hanya ditanam seluas 400 hektare dengan tingkat keberhasilan produksi 50%.
Secara normal, produksi cabai 10 ton/hektare, namun pada cabai yang ditanam September-November hanya mencapai 5 ton/hektare.
Adapun di Kab. Gresik dan Kab. Malang yang biasanya musim tanam cabai di September-November, mundur menjadi akhir Desember 2019. Oleh karena alasan itulah, harga cabai meningkat pada Januari. Luasan tanaman cabai mencapai 700 hektare di Gresik.
Harga di tingkat petani, cabai merah besar mencapai Rp45.000-Rp50,000/kg, cabai rawit Rp70.000/kg-Rp75.000/kg. Luasan lahan yang ditanami cabai pada Desember 2019 diperkirakan mencapai 1.700 hektare.
Dengan kondisi seperti itu, dia memperkirakan, harga cabai pada Maret-April akan membaik, normal, karena pasokan di pasar melimpah bersamaan dengan panen dari musim tanam Desember-Januari. Dengan begitu, maka pada Ramadan-Lebaran harga cabai diperkirakan normal. Tidak mengalami kenaikan yang ekstrem.
Hal itu bisa terjadi jika hujan pada Januari-April tidak ekstrem. Jika curah hujan tinggi, dikhawatirkan justru mengganggu produksi. Produksi bisa turun karena adanya bakteri dan jamur.
Dengan produksi yang berkurang di Januari 2020, kata Nanang, Jatim tetap berhasil mengirim cabai ke luar daerah. Hal itu terjadi karena sumbangan Jatim untuk produksi cabai nasional mencapai 15% untuk cabai merah besar dan 20%-25% untuk cabai rawit.
“Karena antara permintaan lebih besar dari pasokan, otomatis harga cabai naik di Januari 2020 yang mulai merangkak di Desember 2019,” katanya. (K24)