Bisnis.com, BATU – Pengembangan klaster Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur diarahkan terutama pada komoditas pangan yang sering berfluktuasi atau volatile food dan mengurangi defisit neraca berjalan karena nilai impornya tinggi.
Kepala Grup Sistem Pembayaran, Pengelolaan Uang Rupiah, Layanan, dan Administrasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jatim Amanlison Sembiring mengatakan beberapa komoditas yang menjadi objek di antaranya beras, cabai merah, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, dan daging sapi.
“Beberapa masalah dan perngembangan komoditas volatile food, di antaranya kendala produksi (lahan produktit, sarana produksi termasuk bibit & pupuk, irigasi, pemanfatan teknologi), inefisiensi struktur pasar, ketidaklancaran distribusi, kurangnya dukungan infrastruktur dan lemahnya kelembagaan petani,” ucapnya di sela-sela Panen Perdana Demplot Klaster Bawamng Putih Poktan Tani Maju 01, Desa Tulungrejo, Kec. Bumiamji, Kota Batu, Selasa (10/9/2019).
Terkait dengan permasalahan tersebut, BI turut mencoba mendorong pengembangan komoditas bawang putih sebagai salah satu komoditas volate yang cukup berperan mendorong inflasi di Jatim.
Selain itu, bawang putih merupakan komoditas impor yang berperan bagi defisit neraca berjalan yang sedang dialami Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui bahwa impor bawang putih dan olahannya ke Jawa Timur pada tahun 2018 mencapai US$ 259,4 juta. Angka tersebut jauh lebih besar dan pada impor bawang merah dan olahannya yang hanya US$22 juta pada tahun yang sama.
Tingginya impor tersebut mengindikasikan masih tingginya ketergantungan Jatim pada produksi bawang putih dari luar negeri.
Pengembangan yang dilakukan melalui program klaster, menurut dia, diharapkan dapat mendorong upaya peningkatan produksi bawang putih di masa datang, sehingga mengurangi tekanan inflasi dan ketergantungan terhadap bawang putih impor.
Dia menegaskan tugas utama BI berdasarkan UU No. 23/1999 adalah stabilitas nilai rupiah yang tercermin dari terjaganya tingkat inflasi dan nilai tukar. Adapun strategi yang dilakukan untuk menunjang tugas tersebut diantaranya melalui program pengembangan klaster guna mendukung pengendalian harga dan pengembangan ekonomi daerah melalui peningkatan kinerja UMKM.
Program pengembangan klaster dikembangkan sejak 2006 dengan melakukan intervensi pada sektor hulu hingga ke hilir dengan beberapa tahapan pengembangan a. l. memfasilitasi peningkatan produktivitas, meningkatkan kelembagaan ekonomi, memfasilitasi akses pasar, serta memfasilitasi kemandirian dan/atau akses pembiayaan.
Selain di Kota Batu, pengembangan klaster dan UMKM yang kami lakukan telah menyentuh sebagian besar wilayah di Provinsi Jawa Timur. Adapun klaster-klaster pertanian yang kami bina diantaranya klaster sapi di Tuban, Bondowoso dan Situbondo, klaster bawang merah di Nganjuk, Malang, Probolinggo dan Bojonegoro, klaster padi di Malang. Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi, Lumajang, Ponorogo, Kediri, Ngawi dan Mojokerto, klaster cabai merah, serta klaster jagung di Lamongan.
Untuk komoditas lokal unggulan sebagai komoditas potensial ekspor/substitusi impor yang dibina di antaranya klaster kopi di Jombang. Kediri, Pasuruan, Jember, Malang, dan Tulung Agung.
Lalu klaster kedelai di Lamongan, klaster batik di Bangkalan, serta klaster tenun ikat di Kediri. Pembinaan dilakukan dengan pemberian bantuan teknis berupa pelatihan dan pendampingan serta bantuan sarana dan prasarana.
Selain melalui program klaster, pengembangan UMKM juga dilakukan melalui program pendampingan dan pelatihan ternddap UMKM potensial melalui program Wirausaha Bank Indonesia (WUBI), beberapa peserta WUBI terlihat menunjukkan perkembangan usaha yang cukup menggembirakan, diantaranya Cokelat Klasik, Sepatu Portblue, Aghili, Batik Jokotole dan Zaliva (produk konveksi).
“Kami juga melakukan pelatihan-pelatihan dan fasilitasi pemasaran yang ditujukan untuk peningkatan kapasitas, perluasan pemasaran dan penciptaan UMKM yang bankable,” ujarnya.
Dalam upaya mendukung tujuan tersebut, BI Jatim memiliki ruangan khusus "Surabaya Creative Hub" di Perpustakaan Mayangkara yang dipergunakan bagi pelatihan dan sharing session pelaku UMKM.
Semua kegiatan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk mendorong pengembangan ekonomi masyarakat di daerah selain tentunya guna menunjang kebijakan utama BI.