Bisnis.com, KENDAL—PT Evergen Resources menargetkan omzet Rp100 miliar per bulan dari penjualan produk anti oksidan astaxanthin yang digunakan untuk bahan baku obat dan kosmetik.
Founder & CEO Evergen Resources Siswanto Harjanto menyampaikan, perusahaan tengah mengembangkan bahan aktif anti oksidan berupa astaxanthin. Produk yang dijual dengan merek AstaLuxe ini digunakan sebagai bahan baku obat dan kosmetik.
Diharapkan volume produksi dan penjualan produk astaxanthin dalam bentuk bubuk dan minyak dapat mencapai 500 kilogram (kg) per bulan. Dengan estimasi penjualan 500 kg, Evergen dapat mengantongi omzet Rp100 miliar.
“Kita saat ini mulai produksi 300 kg per bulan, kemudian meningkat secara bertahap. Harapannya pada tahun ini sudah bisa kapasitas 500 kg per bulan, sehingga potensi omzetnya Rp100 miliar per bulan,” ujarnya kepada Bisnis di sela acara peresmian industri bioteknologi Evergen Resources di Kendal, Kamis (25/7/2019).
Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek, yang mewakili Presiden Joko Widodo, Bupati Kabupaten Kendal Mirna Annisa, dan Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jateng Yulianto Prabowo.
Produk astaxanthin dijual ekspor ke Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan, karena negara-negara tersebut sudah umum menggunakan bahan tersebut. Siswanto mengatakan, penetrasi pasar ekspor dilakukan seiring dengan langkah perusahaan untuk memperbesar porsi domestik.
Selama ini, mayoritas bahan baku obat masih dipenuhi oleh impor, sehingga adanya bahan antioksidan yang diproduksi di dalam negeri dapat menjadi salah satu material subtitusi.
“Di luar negeri memang astaxantin sudah dikenal. Indonesia baru mulai. Domestik memang pasarnya sedang berkembang,” imbuhnya.
Evergen mulai mengembangkan fasilitas produksi astaxanthin mulai 2015. Setelah melalui berbagai proses trial and error, produk antioksidan itu siap dijual secara komersial. Bahkan, bahan baku alga sudah bisa dipenuhi melalui budidaya sendiri.
Dengan pabrik dan fasilitas produksi seluas 1 hektare (ha) di Kendal, Jawa Tengah, Evergen pun menjadi satu-satunya produsen astaxanthin di Asia Tenggara. Bahan ini digunakan untuk berbagai obat seperti daya tahan tubuh, sakit jantung, diabetes, dan suplemen, serta kosmetik pencegah penuaan dini.
Investasi Farmasi
Menkes Nila F. Moeloek menyampaikan, peresmian industri bioteknologi berbasis mikro alga pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini menunjukkan investasi di sektor farmasi kian meningkat dan menjadi sektor bisnis yang menarik.
“Industri farmasi di Indonesia terus berkembang dan menjadi bidang usaha yang menarik,” tuturnya.
Beberapa tahun terakhir ini, sejumlah pelaku usaha domestik juga menggencarkan kerja sama dengan pihak luar negeri, seperti Belanda, Jerman, Korea Selatan, dan India untuk mengembangkan industri farmasi.
Kemitraan ini bertujuan memproduksi bahan baku dan obat, serta berbagai fasilitas alat kesehatan. Pasalnya, impor bahan baku farmasi masih cukup tinggi. Bahan astaxanthin yang diproduksi Evergen misalnya, sebelumnya dipenuhi melalui impor dari Jepang, China, dan India.
“Kemitraan atau joint venture dengan pihak luar negeri ini akan membuat industri farmasi berkembang lebih cepat,” imbuhnya.
Pada 2019, Kemenkes pun mencanangkan nilai penjualan obat dari dalam negeri meningkat menjadi Rp59,5 triliun, dari 2017 sebesar Rp53 triliun. Di sisi lain, produksi alat kesehatan juga diharapkan bertumbuh, bahkan untuk pasar ekspor.
Nila mencontohkan, PT CKD Otto Pharmaceutical mengespor produk meja operasi ke Jepang, Australia, dan negara-negara Afrika. Perusahaan itu juga mengembangkan obat onkologi.
Menurut Menkes, kesehatan adalah hulu pengembangan ekonomi. Pasalnya, orang harus sehat dulu untuk kemudian menjadi pandai dan mampu menjalankan bisnisnya.
“Ini sesuai misi Pak Presiden yang mengedepankan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ke depannya,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, pihaknya berkomitmen mendukung kelancaran investasi di Jawa Tengah, termasuk di sektor farmasi.
Harapannya, investasi tersebut dapat dirasakan manfaatnya oleh perusahaan dan juga masyarakat.
“Jateng sangat berkomitmen mendukung investasi. Ini menunjukan bahwa Jateng potensial dan menguntungkan untuk berinvestasi,” tuturnya.