Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bulog Subdivre Tulungagung Fokus Serap Beras Komersial

Perum Bulog Subdivre Tulungagung, Jawa Timur, memilih fokus menyerap beras komersial ketimbang penugasan, yang harganya saat ini lebih mahal dari patokan HPP.
Ilustrasi: Pekerja membersihkan gudang beras Bulog./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Ilustrasi: Pekerja membersihkan gudang beras Bulog./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, TULUNGAGUNG – Perum Bulog Subdivre Tulungagung, Jawa Timur, memilih fokus menyerap beras komersial ketimbang penugasan, yang harganya saat ini lebih mahal dari patokan harga pembelian pemerintah (HPP).

"Untuk serapan beras petani dengan skema PSO (public service obligation atau penugasan) saat ini belum memungkinkan untuk dilakukan karena harga pasar lebih tinggi dari HPP yang menjadi patokan Bulog," kata Kepala Perum Bulog Subdivre Tulungagung Krisna Murtiyanto di Tulungagung, Selasa (12/3/2019).

Dia menjelaskan Bulog secara fungsional mengemban dua tugas pokok dari pemerintah. Pertama, menyerap beras petani melalui mekanisme penugasan dengan pembeliannya disubsidi pemerintah untuk tujuan menjaga harga beras tetap stabil.

Tugas kedua, menyerap beras komersial untuk beras berkualitas baik dengan harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan HPP.

"Selama pengadaan PSO tidak bisa dilakukan karena terbentur harga, maka kita dibebaskan untuk membeli beras dengan harga pasar. Namun, kami dibatasi pengelolaan pembelian beras komersial maksimal 30 hari untuk dijual kembali," ujarnya.

Menurut Krisna, penyerapan beras komersial ini bisa dilakukan apabila harga beras di pasaran lebih tinggi dari HPP.

Dia menambahkan menuturkan pada 2019, pihaknya ditargetkan melakukan pengadaan gabah setara beras sebesar 20.546 ton. Jumlah tersebut terbagi menjadi dua yaitu PSO sebesar 13.959 ton dan komersial 6.587 ton.

Sejak Januari 2019, Bulog sudah melakukan penyerapan beras komersial sebesar 233 ton. "Target serapan tahun ini menurun sekitar 42 persen, jika dibanding tahun 2018 lalu sebesar 35.500 ton dan hanya bisa tercapai 19 ribu ton," papar Krisna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper