Bisnis.com, MALANG—Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kediri menginisasi kerja sama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri dan TPID Kab. Blitar dalam perdagangan telur.
Kepala KPw BI Kediri Djoko Raharto mengatakan kerja sama TPID Kota Kediri dan TPID Kabupaten Blitar itu direalisasikan melalui Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara salah satu pelaku usaha telur ayam di Kota Kediri dengan Koperasi Putera Blitar untuk pemenuhan kebutuhan komoditas telur ayam di Kota Kediri, Jumat (16/11/2018).
“Melalui kerjasama tersebut, diharapkan pasokan kebutuhan masyarakat i terhadap komoditas telur ayam lebih terjamin dengan harga yang terjangkau dan stabil, sehingga inflasi di Kota Kediri dapat lebih terjaga tetap rendah dan stabil,” katanya dalam keterangan resminya, Jumat (16/11/2018).
Telur ayam ras, kata dia, merupakan komoditas penting di kelompok bahan makanan karena memiliki bobot yang cukup besar di dalam keranjang IHK nasional, yaitu 0,69%.
Oleh karena itu sebagaimana komoditas volatile food yang lain, telur termasuk komoditas yang wajib dicermati agar stabilitas harganya terjaga, termasuk mencermati secara khusus perkembangan produksi dan distribusinya terutama dari daerah-daerah sentra produksi ayam petelur rakyat.
Saat ini, Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang produksi telur ayam ras petelur terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 23,43% dan Blitar merupakan salah satu sentra produksi telur utama di Indonesia.
Baca Juga
Terdapat lebih dari 4.321 peternak di Blitar dengan jumlah ayam petelur mencapai 15 juta ekor sehingga mampu memproduksi 450-600 ton telur/hari. Jumlah produksi tersebut merupakan 40% dari produksi telur di Jawa Timur dan mampu memasok 20% kebutuhan telur nasional. Pasar telur di Blitar terdistribusi ke pasar DKI 70%, Jatim 19% dan 11% dijual ke luar Jawa.
Permasalahan yang dihadapi konsumen maupun peternak, yakni harga telur yang berfluktuasi (volatile). Pada Juli 2018 lalu harga telur mengalami kenaikan yang cukup tinggi sehingga menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Kediri.
Meskipun harga telur telah turun pada Agustus-Oktober 2018 lalu, namun masih terdapat potensi kenaikan harga telur menjelang akhir tahun karena kelangkaan dan kenaikan harga jagung serta komponen pakan ternak yang masih diimpor.
Harga telur yang volatile tidak menguntungkan bagi produsen maupun konsumen sehingga perlu dilakukan upaya agar volatilenya tidak terlalu tinggi. Upaya menjaga volatilitas harga tersebut, maka perlu dilakukan terobosan lain agar harga stabil, produsen tetap menikmati keuntungan, dan konsumen pun nyaman.
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah melalui mekanisme kerjasama/kontrak jual beli telur dalam antara daerah Blitar sebagai supplier telur dengan pelaku usaha telur dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan harga yang relatif stabil.
Implementasi dari kerja sama tersebut, kata Djoko, TPID Kota Kediri akan memfasilitasi mitra, pengusaha telur UD. Raya Bintang Jaya, Kota Kediri, dalam pembelian telur ke Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Kediri.
Pengadaan telur bisa lewat momen khusus, seperti hari-hari besar keagamaan, juga momen-momen tertentu. “Jadi implementasinya bisnis dengan bisnis, namun keduanya telah diikat dalam perjanjian kerja sama,” ujarnya.