Bisnis.com, MAGELANG - Kabupaten Magelang menjadi percontohan Foodbank of Indonesia (FOI) dalam upaya menekan angka penderita gizi buruk dan anak stunting (kekerdilan) melalui pemberdayaan sumber daya lokal dan kader Posyandu.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, Hendarto usai penandatanganan nota kerja sama (MoU) antara Foodbank of Indonesia (FOI) dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.
“Tahun 2017 jumlah anak penderita stunting di Kabupaten Magelang mencapai 105 anak. Sementara untuk gizi buruk, masih ada 30 anak di tahun 2016 dan 18 anak di tahun 2017,” ungkap Hendarto dalam keterangan pers (4/4/2018)
Lebih lanjut Hendarto mengatakan, kerja sama antara pemerintah dengan lembaga masyarakat dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDG) perihal bidang pangan dan gizi. Program-program terintegrasi ini bertujuan menekan angka gizi buruk dan stunting.
“Misinya adalah mengakhiri kelaparan dan meningkatkan gizi anak, melalui pelaksanaan program edukasi mengolah dan menyajikan makanan sehat kepada anak,” ucapnya.
Hendarto mengaku, masih tingginya jumlah stunting dan gizi buruk karena Kabupaten Magelang termasuk endemis gondok. Khusus penderita stunting ini, biasanya berbanding lurus dengan penderita gondok dan gizi buruk.
Baca Juga
“Meski demikian, kami akan terus berupaya menekan gizi buruk dan stunting, salah satunya dengan kerjasama dengan FOI ini," tambahnya.
Ketua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, sekaligus pendiri Foodbank of Indonesia (FOI) M. Hendro Utomo mengatakan, gizi sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia.
Anak yang kurang gizi akan tumbuh lebih pendek dan mengalami kelambatan pertumbuhan otak maupun perkembangan kognitif serta rendahnya kualitas hidup.
“Untuk mengatasi hal itu, diperlukan suatu pedoman bagi indvidu, keluarga, masyarakat tentang pola makan yang sehat. Maka sangat penting untuk menjaga gizi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir atau saat 1000 hari pertama kehidupan,” katanya.
Pemilihan Kabupaten Magelang dalam program sayap dari ibu (Sadari) karena peran utama kader gizi di desa-desa dan potensi pertanian dan perikanan melimpah.
Untuk tahap awal, ada tiga kelompok posyandu di Kecamatan Mungkid yang sudah mendapat pelatihan selama enam bulan yakni Posyandu di Desa Mungkid, Sanggrahan dan Desa Gatak Sirat.
“Salah satu programnya, dengan pemberian makanan tambahan berbahan baku lokal selama tiga kali dalam satu minggu untuk ibu hamil dan menyusui serta balita,” pungkasnya.