Bisnis.com, PASURUAN—Satoria Grup memproduksi cairan infus dan hemodialisa di bidang farmasi, serta sweetener, foamer dan creamer di bidang industri bahan makanan mengisi celah kurangnya pasokan bahan-bahan tersebut dari dalam negeri.
Presiden Direktur Satoria Group Alim Satria mengatakan kebutuhan cairan terus meningkat seiring dengan program pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pelayanan fasilitas BPJS.
“Pasokan cairan infus di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan secara nasional,” katanya di sela-sela peresmian pembukaan pabrik PT Satoria Aneka Industri (Satoria Pharma) dan PT Satoria Agro Industri di Pasuruan, Selasa (19/9/2017).
Kenyataan itu, kata dia, merupakan peluang bisnis yang prospektif. Pendirian PT Satoria Aneka Industri di Kab. Pasuruan, Jatim, dengan produksi cairan infus tepat secara bisnis, namun juga merupakan dukungan kepada program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Tahap pertama, pabrik Satoria Pharma dilengkapi dengan fasilitas teknologi termutakhir dengan kapasitas produksi 50 juta botol infus/tahun.
Secara nasional, kapasitas produksi cairan infus saat ini sekitar 120 juta/tahun, sedangkan kebutuhan dalam negeri mencapai 200 juta botol di 2018 dan 260 juta di 2019.
Karena itulah, kata dia, Satoria sedang melakukan pengembangan pabrik tahap dua dengan kapasitas 60 juta botol/tahun dan direncanakan beroperasi pada 2019, dan pembangunan tahap III 60 juta botol/tahun sehingga total kapasitas produksi nantinya mencapai 170 juta botol/tahun.
Di samping itu, Satoria Pharma juga sedang mengarap ekspansi di bidang produksi cairan pencuci darah (hemodialisa) yang dibutuhkan bagi penderita gagal ginjal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang cukup besar.
“Saat ini, Satoria Pharma telah mendapatkan Ijin Industri Farmasi. Beberapa jenis produk infus yang akan diproduksi di antaranya ringer lactate, dextrose 10%, dan normal saline 0,9%.
"Rencana ke depan, perusahaan juga akan mengembangkan produk-produk lainnya, di antaranya produk vitamin dan produk kecantikan,” ucapnya.
Managing Director Satoria Agro Viendy Susilo Alim menambahkan melihat pasar industri bahan makanan dan minuman, khususnya kategori sweetener, foamer, dan creamer yang masih didominasi pasar impor, perusahaan tersebut berkomitmen menghasilkan produk tersebut beserta turunannya yang diklaim berkualitas baik.
"Kami telah mendapatkan sertifikasi ISO22000, sertifikasi halal, Codex HCCP, dan GMP.Hal ini menunjukkan bahwa produksi kami telah memenuhi standar kulaitas dan keamanan pangan yang baik bagi konsumen," ujarnya.
Kapasitas produksi Satoria Agro yang juga di Kab. Pasuruan, Jatim, untuk produksi sweetener sebesar 50.000 ton/tahun, sedangkan creamer dan foamer, sebesar 15.000 ton/tahun. Secara komersial, Satoria Agro saat ini pada strategis business to business dengan menawarkan produk unggulan.
Ke depannya, Satoria Agro akan melakukan pengembangan produk spesialis yang memberikan nilai tambah dan diminati pasar a.l varian creamer dan pemanis alam/buatan. Penjaualan produk-produk tersebut selain memenuhi pasar dalam negeri, juga ekspor.
“Masing-masing pabrik membutuhkan investasi US$20 juta,” kata Alim Satria.
Dirjen Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Maura Linda Sitanggang mengatakan cairan infuse menjadi salah satu ob at yang sangat banyak dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Total kebutuhan pada 2012 sebesar 104,5 juta botol dan terus meningkat kebutuhannya per tahunnya,” ucapnya.