Bisnis.com, JAKARTA -- Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) mencatat utilitas produsen kantong plastik biodegradable masih minim sehingga belum bisa menggantikan yang konvensional
Sekjen Inaplas, Fajar Budiyono mengatakan untuk saat ini kapasitas terpasang produsen kantong plastik biodegradable masih 5000 ton per bulan dengan produksi secara realnya hanya mencapai 500 ton per bulan. "Minimnya utilitas pabrik dikarenakan jumlah permintaan dari kantong plastik tersebut masih terbatas,"ujar Fajar ketika diwawancarai Bisnis, Minggu (18/6/2017).
Minimnya angka dipengaruhi oleh harga dari kantong plastik biodegradable yang dinilai masih kemahalan. Hal ini terjadi dikarenakan ongkos produksi kantong plastik bertipe ini dapat mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan yang konvensional.
Fajar menambahkan kualitas dari kantong plastik biodegradable masih kalah dengan yang konvesional. Kantong plastik biodegradable terlalu lentur, mudah sobek, tidak terlalu tahan air, dan berbau menyengat.
"Kantong plastik biodegradable hanya dipakai oleh kalangan tertentu, belum merangkul ke semua kalangan. Contohnya seperti kalangan masyarakat yang lebih memilih hanya mengonsumsi makanan organik saja, kelompok tersebut terbilang hanya sedikit dibandingkan dengan jumlah konsumen seluruhnya," ungkapnya.
Asosiasi menilai bahan baku pembuatan kantong plastik biodegradable seperti kentang, singkong, dan nabati dinilai memiliki harga yang fluktuatif. Hal ini mengakibatkan industri dihadapkan dengan sulitnya memprediksi ongkos produksi yang dikeluarkannya.
"Kantong plastik biodegradable kami dukung keberadaannya. Namun untuk saat ini produk tersebut belum bisa menggantikan sepenuhnya peran yang konvesional," imbuhnya.
Fajar menilai harus ada investasi yang besar untuk mendorong peningkatan utilitas produsen kantong plastik biodegradable. Investasi tersebut berguna untuk meningkatkan produksi dan melayani permintaan dari konsumen.
"Sebenarnya kantong plastik biodegradable telah ditemukan lebih dari 20 tahun yang lalu, di negara maju sudah banyak yang menggunakannya. Jika di Indonesia sendiri produsen harus berpikir ulang bisnis tersebut, mengingat perilaku masyarakat yang masih menginginkan barang yang serba terjangkau," katanya.
Sementara itu, Fajar menambahkan, kini produsen sedang didorong untuk menggunakan bahan kantong plastik yang bisa terus didaur ulang. Bahan tersebut memungkinkan kantong plastik tidak menjadi bahan yang bisa digunakan sekali pakai saja, seperti tanggapan umum saat ini. Dengan adanya bahan seperti itu pemulung akan diperdayakan secara maksimal untuk mengumpukan barang tipe yang mempunyai nilai lebih ini.
"Dengan adanya nilai lebih lebih tersebut harapannya akan bisa mengurangi sebagian volume sampah plastik," kata Fajar.